Seseorang layaknya mengetahui
tingkatan-tingkatan ahli fiqh ketika mengambil salah satu fatwa atau pendapat
dalam masalah fiqh, agar
bisa membedakan antara
pendapatpendapat yang bertentangan.
Kemudian mentarjih atau menguatkan salah satu dari pendapat-pendapat
itu. Adapun tingkatan ahli fiqh ada enam tingkatan yaitu :
1. Mujtahid
Mutlak Mustaqil
Mujthaid mutlak
sering juga disebut
mujtahid mustaqil (independen).
Hal itu karena mereka tidak bertaqlid kepada mahzab lainnya manapun, karena
kedudukan mereka yang justru berada pada
puncaknya. Sebaliknya, justru
semua mujtahid baik yang sezaman atau yang sesudahnya, malah
menyandarkan banyak hal kepada hasil kaidah dan ijtihad para mujtahid mutlak.
Mereka adalah para ahli ijtihad
yang sudah sampai ke level ekspert dan
mampu membuat kaidah
sendiri dalam membuat kesimpulan-kesimpulan hukum
fiqh. Dan ketika berfatwa terhadap
suatu masalah, mereka
menggunakan kaidah-kaidah yang telah mereka temukan sendiri hasil
dari pemahamannya yang mendalam terhadap
Al-Quran dan As-Sunnah.
Namun level
mujtahid seperti ini
amat jarang kita temukan.
Sepanjang sejarah, jumlah
mereka kurang lebih hanya sekitar 10-an orang saja. Dan
sayangnya, tidak semua mazhab mereka kekal di atas bumi ini. Kebanyakannya mati
dan hilang begitu saja ditelan sejarah.
Yang tersisa hingga hari ini
dengan eksis hanya empat saja, yaitu para imam Madzhab yang empat :
1. Al-Imam
Abu Hanifah
2. Al-Imam
Malik
3. Al-Imam
Asy-syafi’i
4. Al-Imam
Ahmad bin Hanbal.
Ibnu Abidin menamakan tingkatan
ini dengan, tingkatan Mujtahid dari segi Syari’at.
2. Mujtahid
Muthlaq Ghairu Mustaqil
Mujtahid Adalah
seseorang yang memenuhi
criteria sebagai seorang
mujahid mustaqil, akan
tetapi ia tidak
membuat kaidah-kaidah sendiri
dalam menyimpulkan masalah-masalah fiqhnya,
ia memakai kaidah-kaidah
yang dipakai oleh para imam Madzhab dalam berijtihadnya. Inilah yang disebut muthlaq muntashib tidak
mustaqil, seperti para murid imam Madzhab
a. Mazhab Al-Hanafiyah.
diantaranya, Abi Yusuf,
Muhammad, Zufar dari kalangan madzhab Al-Hanafiyah.
b. Mazhab Al-Malikiyah. Ibnu Al-Qasim,
Asyhab, dan Asad
Ibnu Furat dari kalangan Madzab Al-Malikiyah.
c. Mazhab Asy-Syafi’iyah.
Al-Buwaiti, Al Muzani
dari kalangan madzhab
AsySyafi’iyah.
d. Mazhab Al-Hanabilah. Abu Bakar
Al-Atsram, Abu Bakar
Al-Marwadzi dari kalangan Madzhab
Al-Hanabilah.
Inilah yang Ibnu Abidin namakan,
tingkatan Mujtahid dalam Madzhab.
Mereka mampu mengeluarkan atau
membuat kesimpulan hukum dalam maslah fiqh berdasarkan dalil
yang merujuk kepada
kaidah yang digunakan
oleh guru-guru mereka,
walau kadang suka
berbeda dalam bebarapa
hal dengan gurunya,
akan tetapi ia
mengikuti gurunya dalam kaidah-kaidah
pokoknya saja. Dua tingkatan mujtahid di
atas sudah tidak ada pada zaman
sekarang.
3. Mujtahid Muqayyad
Adalah seseorang
yang berijtihad dalam
masalahmasalah yang tidak
ada nashnya (keterangannya) dalam kitab-kitab madzhab
a. Mazhab Al-Hanafiyah
Di antaranya seperti, Al-Hashafi,
Al-Thahawi, Al- Kurhi, Al-Halwani, As-Syarakhsi, Al-Bazdawi dan Qadli Khan dari
kalangan madzhab Al-Hanafiyah.
b. Mazhab Al-Malikiyah
Dari kalangan
Madzab Al-Malikiyah. Misalnya
AlAbhari, Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani.
c. Mazhab Asy-Syafi’iyah
Dari kalangan mazhab ini antara
lain misalnya Abi Ishaq Al-Syiraji, Al-Marwadzi,
Muhammad bin Jarir,
Abi Nashr, Ibnu Khuzaimah dari kalangan Madzhab Al-
Syafi’iyah.
d. Mazhab Al-Hanabilah
Dari kalangan mazhab ini antara lain
seperti Al-Qadli Abu Ya’la,
Al-Qadli Abi Ali bin abi Musa.
Mereka semua
disebut para imam
Al-Wujuh, karena mereka
dapat meyimpulkan suatu
hukum yang tidak
ada nashnya dalam kitab madzhab
mereka, dinamakan Wajhan dalam madzhab (satu
segi dalam madzhab)
atau satu pendapat
dalam madzhab, mereka
berpegang kepada madzhab bukan kepada Imamnya (gurunya), hal
ini tersebar dalam dua madzhab yaitu,
Al-Syafi’iyah dan Al-Hanabalah.
4. Mujtahid Tarjih
Adalah mereka
yang mampu mentarjih
(menguatkan) salah satu pendapat
dari satu imam madzhab dari pendapat- pendapat
madzhab imam lain,
atau dapat mentarjih
pendapat salah satu
imam Madzhab dari
pendapat para muridnya
atau pendapat imam
lainnya. Berari Ia
hanya mengambil satu riwayat dari
beberapa riwayat saja, seperti,
a. Mazhab Al-Hanafiyah
Yang termasuk mujtahid tarjih
dari kalangan mazhab Al-Hanafiyah
antara lain Al--Qaduri
dan Al-Murghainani, penulis kitab
Al-Hidayah.
b. Mazhab Al-Malikiyah
Yang termasuk mujtahid tarjih
dari kalangan mazhab AlMalikiyah di antranya adalah Al-Imam Al-Khalil.
c. Mazhab Asy-Syafi’iyah
Yang termasuk mujtahid tarjih
dari kalangan mazhab AsSyafi’iyah
antara lain misalnya
Al-Imam Ar-Rafi’i dan
AlImam An-Nawawi.
d. Mazhab Al-Hanabilah
Yang termasuk mujtahid tarjih
dari kalangan mazhab AlHanabilah
antrara lain misalnya
Al-Qadli Alauddin AlMardawi dan juga Abu Al-Khattab Mahfudz bin
Ahmad AlKalwadzani Al-Bagdadi.
5. Mujtahid Fatwa
Mujtahid fatwa
adalah seseorang yang
senantiasa mengikuti salah satu
madzhab, mengambil dan memahami
masalah-masalah yang sulit
ataupun yang mudah,
dapat membedakan mana
pendapat yang kuat dari yang
lemah, mana pendapat
yang rajih dari
yang marjuh, akan
tetapi mereka lemah dalam
menetapkan dalil dan mengedit dalil- dalil qiyasnya.
Di antara mereka misalnya para
imam pengarang matan- matan yang terkamuka
dari kalangan imam
mutaakhir (belakangan), seperti pengarang Al-Kanzu (Kanzul Ummal), pengarang
Al-Durur Al-Mukhtar, pengarang
Majma’ Al- Anhar dari kalangan
Al-Hanafiyah, serta tidak lupa seperti
Ar-Ramli dan Ibnu Hajar dari kalangan Al-Syafi’iyah.
6. Muqallid
Adalah mereka yang tidak mampu
melakukan hal-hal di atas, seperti
membedakan mana yang kuat mana yang lemah, ia hanya bisa mengikuti
pendapat-pendapat ulama yang ada. Jumhur ulama
tidak membedakan anatara
mujtahid muqayyad dan
mujtahid takhrij, tetapi
Ibnu Abidin menjadikan mujtahid
takhrij sebagai tingkatan yang keempat setelah mujtahid muqoyyad, ia memberikan
contoh Al-Razi Al-Jashash (wafat th. 370) dan yang semisalnya.
0 Response to "Tingkatan Tingkatan Ahli Fiqih"
Posting Komentar