Realitas-realitas
potensial merupakan terjemahan dari istilah al-a'yan al-tsabitah yang arti
harfiahnya adalah "entiras-entitas yang tetap, dalam arti tidak
berubah-ubah. Dan istilah ini merujuk pada "entitas-entitas atau
realitas-realitas yang masih tersembunyi dalam pengerahuan Tuhan, dan mereka
dikontraskan dengan realitas-realitas yang telah terlahir dalam bentuk-bentuk
yang konkret yang kita sebut benda-benda lahiriah.
Realitas-realitas ini disebut potensial, karena ia belum mewujud
dalam bentuk kenyataan atau belum mengaktual dalam benda-ben da yang ada (maujudat).
Menurut para sufi realiras-realitas yang potensial dan realitas yang aktual
pada hakikatnya sama, dan itulah sebabnya kedua modus realitas itu di dalam
bahasa Arab dirujuk oleh kata yang sama yaitu “ayan” jamaknya a'yan,
yang bisa diartikan entitas, realitas (haqaiq) atau sesuatu (syay).
Perbedaannya hanya pada
kenyataan bahwa yang pertama masih berada dalam pengetahuan Tirhan,
dan karena itu disebut " tasbitah" artinya tetap atau tidak berubah,
karena pengetahuan Tuhan tidak mungkin berubah-ubah, sedangkan yang kedua sudah
dikaruniai "wujud," sehingga disebut maujud, yakni nampak pada kita
sebagai benda-benda yang konkret.
Karena sifatnya yang belum mewujud yaitu masih bersifat potensial,
realitas-realitas ini disebut ‘adam (tiadak/non existent),
sedangkan realitas-realitas yang telah mengaktual disebut maujhdit artinya ada (existent).
Realitas-realitas potensial juga disebut sebagai esensi, yang tidak mengalami
perubahan, sedangkan realitas-realitas aktual adalah pengej awantahannya, dan
karena itu terpengaruh oleh perubahan. Meskipun begitu, realitas-realitas
potensial ini tidak bisa kita samakan misalnya dengan ide-ide Plato, sebab
ide-ide platonian adalah prototipe-Prototipe atau arketipe-arketipe ontologis
dalam kaitannya dengan benda-benda konkret yang kita jumpai di dunia ini (baca:
(maujudat). Dengan kata lain, mereka adalah prinsip-prinsip ontologis
bagi yang maujitd. Jadi, realitas-realitas potensial tidak berbeda dengan
realitasrealitas aktual yang kita sebut maujitdkt kecuali bahwa yang pertama
masih dalam tahap persembunyiannya, sedang yang kedua telah menerima wujud dan
karena itu telah keluar dari persembunyiannya. Sementara realitas-realitas ontologis
merupakan arketipe-arketipe bagi seluruh benda yang ada di dunia. Mereka adalah
gambaran ideal yang kemudian mengejawantah dalam benda-benda yang konkret.
Berbeda dengan realitas-realitas potensial yang mereka sebut al-ayan
al tasbitah, realitas-realitas ontologis mereka sebut dsmi' dan shifht,
dalam kaitannyan dengan benda-benda yang ada adalah "arketipe," atau "citra
ideal." Dalam arti inilah, para sufi memahami asma (nama-nama) dan
sifat-sifat Allah. Jadi, bagi mereka al-Asma' al-Husna tidak lain adalah
realitas-realitas arketipal, yang mengejawantah (ber-tajalli) dalam
bentuk-bentuk benda-benda konkret. Jadi, apa pun yang ada di dunia ini semuanya
merupakan manifestasi atau penjelmaan dari sifat-sifat Tuhan. Dan banyaknya
jenis benda-benda yang kita jumpai di dunia ini membuktikan bahwa sifat-sifat
Tuhan pun amatlah banyak, bahkan tidak terbatas 99 nama Tuhan yang indah itu
merupakan nama-nama utama yang masih punya "turunan" yang tak
terhingga jumlahnya, tetapi yang 99 itu pun sebenarnya masih berinduk pada nama-nama
terbesar yaitu Kehidupan. Pengetahuan, Kehendak dan Kekuasaan. Dikatakan menginduk,
karena keempat nama utama tersebut kemudian dibagi ke dalam "99" atau
1001 namanama Tuhan. Pada gilirannya, nama-nama Tuhan ini terbagi ke dalam bagian-bagian
yang tidak terbatas jumlahnya. Bagian-bagian yang tak terbatas ini tidak lagi
disebut nama-nama, tetapi entitas arketipal yang bertindak sebagai
prinsip-prinsip atau sumber-sumber dari semua wujud individual yang ada dalam
dunia manifestasi. Sifat-sifat dan nama-nama inilah yang dimaksud dengan
"harta terpendam" (knz mahhfiy) dalam hadis Qudsi yang telah
kita kutip dan telah saya jelaskan maksud-maksudnya yang tersembunyi.
0 Response to "Alam Makna Rohani dalam Dunia Tasawuf"
Posting Komentar