Mursid artinya penunjuk jalan, yaitu penunjuk jalan bagi
seseorang yang sedang meiakukan perjalanan spiritual. Namun peranan mursyid sering terlalu dibesar-besarkan, bahkan
tidak jarang dikultuskan. Sesrinqguhnva peranan
mursyid adalah sebagai penunjuk jalan. Bagi mereka yang telah mengetahui jaian tersebut maka mursyid tidak diperlukan, karena fungsi adalah penunjuk jalan, tetapi karena sebagian besar manusia
tidak mengetahui jalan terserut, mursyid diperlukan bagi mereka yang hendaik meniti jalan spiritual.
Karena tanpa seorang mursid seseorang yang belum mengetahui jalan bisa saja, bahkan
kemungkinan besar akan kesasar dan tidak pernah mencapai
tujuannya. Cleh karena itu, kehadiran seorang mursyid sangat .diperlukan kalau ia ingin betul-betul sampai ke
ternpat tujuan. Lebih lagi, kalau kita ingat bahwa perjaianan spiritual bukanlah. perjalanan yang mudah tapi perjalanan yang Panjang, terjal dan berliku-liku
yang sangat membutuhkan orientasi yang sangat jelas, determinasi yang membaja dan
bimbingan serta nasihat yang senantiasa diperlukan seorang untuk meneruskan
perjalanan spiritualnya sehingga sampai ke tempat tujuan.
Kiranya jelas tentang situasi perjalanan spritual ini dan apayang
digambarkan Farid Al-Din Aththar dalam bukunya Manthiq Al-Thair (musyawarah burung-burung).
Dan demikian juga peran mursyid yang dalam karyanya tersebut dipimpin oleh
seorang burung Hoevoe (Hud-hud). Betapa sukarnya perjalanan tersebut , terbukti
dengan kenyataan bahwa dari jutaan burung (lambang jiwa manusia) yang berniat
untuk bertemu dengan raja burung (Simurgh) hanya tiga puluh (30) burung yang
akhirnya sampai ke tempat tujuan. Sebagian besar mereka kembali ke temPat semula
karena tidak sanggup menantang medan yang terlalu berat untuk ditanggung oleh
mereka (dilambangkan dengan tujuh lembah yang panjang dan memutusasakan yang
terbentang antara titik beranjak dan tempat tujuan).
Nampaknya tidak mungkin ke tiga puluh buruns itu pun akan sampai kalau
bukan berkat petunjuk dorongan dan kerja keras dari sang mursyid yang selalu
memberikan keterangan bagi yang berranya, memberi dorongan bagi yang putus asa,
dan memberi argumen yang baik bagi yang tidak percaya, begitupun hanya sebagian
kecil saja yang akhirnya sampai ke tempat tujuan. Sementara sebagian besar mereka
berhenti di tengah jalan dan kembali ke tempat beranjak dengan berbagai dalih
dan alasan. Jadi, kecuali bagi mereka yang telah mengetahui dengan baik jalan
tersebur, maka tampaknya seorang mursyid sangat dibutuhkan, atau tersesar tidak
pernah menemukan tujuan.
Dalam kaitannya dengan peran seorang mursyid, ada ungkapan yang populer
dikalangan sufi yang sering disalahpahami. Ungkapan tersebut adalah hendaklah Anda
dengan mursyid seperti mayat ditangan yang memandikannya. Ungkapan tersebut telah
menimbulkan penafsiran yang ekstrim, di mana sebagai mayat kita tidak boleh
mempertanyakan ororitas, wewenang sang mursyid, bahkan seolah-olah kita tidak
boleh menanyakan sesuatu apa pun dan memasrahkan semuanya kepada sang mursyid. penafsiran
tersebut tentunya bisa menyesarkan dan menimbulkan image yang negatif terhadap
tasawuf.
Sebenarnya, seperri yang telah saya katakan, peran mursyid tidak boleh
terlalu dibesar_besarkan, ia pada hakikatnya hanyalah penunjuk jalan, sedangkan
pelaksana urama perjalanan itu adalah kita sendiri tepatnya orang yang
melakukan perjalanan itu sendiri. Kitalah yang harus berjuang, mengambil tindakan
seperti yang ditunjukkan oleh sang mursyid. Tetapi sebagai yang
"ditunjukkan," kita harus yakin bahwa mursyid kita memang benar-benar
telah mengetahui tujuan perjalanan ini, dan itu harus diyakini sebelum kita
melakukan perjalanan atau ketika kita telah memutuskan untuk mengambil atau mengangkat
orang itu sebagai mursyid kita. Kita tidak boleh meragukan otoritasnya, oleh
karena itu, tidak boleh mempertanyakan apakah jalan yang ditempuhnya itu memang
benar atau salah, atau bertanya padanya, apakah ada jalan lain menuju yang
"dituju" selain yang tengah ditempuhnya.
Untuk itu kita perlu pahami, bahwa sekalipun mungkin banyak jalan menuju
"yang dituju" tetapi mursyid kita mungkin hanya tahu satu jalan saja.
Karena itu, memang lebih baik menurutinya saja daripada meragukannya, apakah
ada jalan lain selain yang sedang dilaluinya. Kerena kalau kita tanyakan itu,
maka barangkali, sang mursyid akan menjawab bahwa mungkin saja ada jalan lain
menuju tujuan yang sama, dan boleh saja Anda menempuh jalan lain tersebut,
tetapi ia tidak bertanggung jawab atas keselamatan Anda, dan tidak menjamin
bahwa Anda akan sampai ketempat tujuan yang Anda dambakan.
Maka kalau itu jawabannya, Anda pun tidak akan bisa berbuat apa-apa kecuali
mungikuti otoritasnya. Jadi saya menasihatkan, sebaiknya Anda tururi saja dulu
instruksinya sehingga Anda mencapai tujuan yang didambakan. Setelah itu, Anda
dapat mengambil mursyid yang lain hingga akhirnya Anda tahu jalan Anda sendiri
dan tidak membutuhkan mursyid lagi, tetapi selagi Anda di bawah bimbingannya,
seyogianya Anda tidak menanyakan jalan lain, karena barangkali mursyid kita
tidak mengetahuinya, dan karena itu, pertanyaan kita menjadi percuma.
0 Response to "Peran Mursid dalam Tarekat"
Posting Komentar