Biografi Zaid Bin Ali

Nama lengkap secara silsilah Ahlu Bait ialah Imam Zid ibn Ali Zainal Abidin ibn Husein sebagai Imam kelima dari dua belah Imam dalam tubuh Syi’ah. Ia lahir di Madinah tahun 80 H, berbarengan dengan Imam Ja’far dan Imam Abu Hanifa. Pertama kali, Zaid belajar epada orang tuanya, Ali Zainal Abidin. Setelah meninggal dunia tahun 94 H, pada waktu itu, usia Zaib berumur 14 tahun.selanjutnya, ia berguru kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq yang saat itu diasuh oleh Muhammad Al-Baqir (bapak Ja’far). Kemudian, ia hijrah ke Basrah dan berguru dengan Washil bin Atha dengan mempelajari paham Muktazilah.
Setelah kembali ke Madinah, Imam Zaid mulai mengajar dan bekerja sebagai ulama dan guru, meskipun selalu diawasi oleh khalifah Bani Umayah. Karena sikap khalifah terlalu memojokkan gerak-geriknya, ia pergi ke Kufah sampai ia mendapat 40 ribu pengikutnya. Pertempuran dengan khalifah Bani Umayah pun terjadi karena persoalan “dendam politik” terhadap Ahlu Bait hingga Zaid terbunuh. Para ulama mengakui keilmuan Zaid dalam berbagai bidang ilmu, seperti ilmu Al- Quran, tafsir, tauhid, fiqh, filsafat dan sebagainya. Bahkan, Imam Abu Hanifah pernah berguru kepadanya selama dua tahun. Imam Zaid dijuluki sebagi symbol ketakwaan dan keluasan ilmu. Fakta itulah yang membuat Imam Abu Hanifah berguru kepadanya. Ia dikenal sebagai ulama Syi’ah yang tidak berlebih-lebihan. Ia mengakui kedua khalifah Abu Bakar dan Umar, bahkan Zaid membolahkan adanya imam yang yang baik, sekalipun ada yang lebih baik.

Meskipun sebagian dikalangan Syi’ah sendiri, pikiran Zaid tidak diterima. Bahkan, lebih keras lagi, Zaid mengharamkan nikah mut’ah, padahal Syi’ah lain justru menganutnya. Beberapa pokok pikirn Zaid di antaranya: (1) sanad hadis yang diutamakan ialah yang berasal dari Ahl Bait; (2) khalifah bukanlah jabatan keturunan, tetapi khalifah paling baik dan utama bila diangkat dari golongan fathimiyah. Ia menentang pendapat adanya Imam Mahdi; (3) melaksanakan amar ma’ruf merupakan kewajiban atas setiap muslim karena itulah ia bertempur dengan lhalifah Yazid; (4) pelaku dosa besar diletakkan antara kufur dan iman, mereka dinamakan fasik; (5) manusia mempunyai ikhtiar dan bertindak sesuai dengan kemampuan; (6) para imam tidak mempunyai mukjizat. Sementara dalam aspek fiqh, misalnya thaharah, ia dan madzhabnya dikenal berlebihan [tasyaddud], meskipun tidak berdampak negative seperti berkumur-kumur harus dihirup oleh hidung, mengusap seluruh kepala ke depan dan kebelakan, dan sebagainya.

Related Posts :

0 Response to "Biografi Zaid Bin Ali"

Posting Komentar