A.
Latar Belakang
Cina merupakan sumber peradaban bagi
wilayah-wilayah disekitarnya. Korea, Jepang, Taiwan, Indo-Cina, Semenanjung
Malaya, Mongolia, Tibet, dan Asia Tengah. Hal ini terjadi karena Cina merupakan
salah satu peradaban yang mempengaruhi dunia. Dengan tingkat peradaban yang diatas
rata-rata pada masanya, Cina menjadi tolak ukur kemajuan suatu peradaban dan
bangsa. Misalnya saja kertas, kompas, teknik percetakan, teknik pertanian,
filsafat, dan pengobatan merupakan hasil peradaban Cina yang mempengaruhi
peradaban lainnya di dunia.
Historiografi Cina merupakan warisan peradaban
tertua yang bernilai sejarah yang sangat tinggi dan bersifat abadi. Cina
merupakan sebuah negara yang berhasil menemukan kertas, tinta, dan system
percetakan, hal-hal itulah yang membuat masalah penulisan sejarah berkembang di
Cina. Berdasarkan pembabakan sejarah Cina yang terbagi tiga yaitu masa dongeng
(pra-sejarah), klasik (masa dinasti), dan masa modern (masa Republik) maka
penulisan sejarahnya pun memiliki perbedaan satu sama lain tetapi masih
bersifat continuitas sebagai kesatuan sejarah Cina.
B. Rumusan Masalah
v Sejarah
Awal Bangsa Cina
v Dinasti-dinasti
yang pernah menguasai cina
v Penemuan/pencapaian
Bangsa Cina
C. Tujuan
v Sedikitnya
memberikan pengetahuan tentang Peradaban
Bangsa Cina Klasik.
v Untuk
memenuhi tugas Terstruktur yang diberikan oleh Bapak Jaja Suteja, S.H.I, M.Pd.I dosen mata kuliah Sejarah Dunia
Klasik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERADABAN LEMBAH SUNGAI HWANG HO
Kawasan
Asia Timur memiliki peninggalan peradapan yang sangat tinggi serta rentang
sejarah yang panjang bermuara pada peradaban Cina yang mewarnai sejarah Jepang dan Korea. Ke-3 negara ini sangat berpengaruh di kawasan Asia
Timur baik dalam segi politik maupun ekonomi. Menurut “National Research Institut of
History and Philology, Geological Survey of Cina, dan Rocheffler
Foundation” bahwa peradaban Cina lahir, tumbuh dan berkembang di lembah sungai Hwang Ho atau lebih dikenal sebagai Sungai Kuning
(Yellow River).
Sejarah
tertua di Cina dimulai dari muara Sungai Kuning (Hwang-Ho, yang sekarang
bernama Huang He). Wilayah yang sekarang bernama Cina, pada zaman dahulu
disebut Chung-Kuo (negara tengah). Mereka menyebut Chung-Kuo karena mereka
yakin bahwa negerinya terletak di tengah tengah dunia. Penduduknya pun disebut Chung Hwa
(warga negara-negara tengah). Di kawasan Cina ini mengalir dua sungai besar
yaitu Sungai Hwang-Ho (Sungai Kuning) dan Sungai Yang Tse (yang sekarang
bernama Chang Jiang). Pada daerah-daerah inilah pertama kalinya tumbuh
kebudayaan Cina. Tetapi kenyataannya kebudayaan Cina hanya tumbuh dan
berkembang di daerah Lembah Sungai Kuning (Hwang-Ho). Peradaban Cina ditemukan di lembah sungai kuning (hwang
ho) dari sekitar tahun 3000 sebelum masehi. Sungai kuning ini terdapat di
pegunungan kwen lun. Sungai ini amat panjang dan membawa lumpur kuning yang
kemudian membentuk daratan cina. Sungai kuning ini bermuara di teluk tsii-li di
laut kuning. Daerah di sekitar sungai kuning ini amat subur, sehingga
penduduknya sangat maju kebudayaannya.
Sungai
Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning karena membawa lumpur kuning sepanjang alirannya. Sungai ini bersumber dari Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui daerah Pegunungan
Cina Utara
hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning. Pada daerah lembah sungai yang subur inilah
kebudayaan bangsa Cina berawal.
Tumbuh
dan berkembangnya kebudayaan Cina di Lembah Sungai Hwang-Ho didukung oleh
beberapafaktor sebagai berikut :
a. Air Sungai
Hwang-Ho membeku pada musim dingin, sehingga sulit bagi masyarakat Cina
melaksanakan aktivitas kehidupannya.
b. Ketika musim
semi tiba, salju-salju mencair dan menimbulkan air bah serta menggenangi
dataran rendah yang amat luas.
Keadaan tersebut dihadapi oleh masyarakat Cina
dengan membuat tanggul raksasa. Sungai Hwang-Ho disebut Sungai Kuning, karena
air yang mengalir berwarna kuning.
Lembah Sungai Kuning merupakan daerah yang
sangat subur dan dapat dikatakan sebagai urat nadi kehidupan bangsa Cina. Pada
daerah yang subur itu masyarakat Cina hidup bercocok tanam, seperti menanam
gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai. Bangsa Cina Kuno telah mengenal sistem pertanian sejak zaman Neolithikum
yakni sekitar tahun 5000 SM. Tanaman pangan utama yang diusahakan adalah padi,
buah-buahan, kacang-kacangan,
sayur-mayur, dan lain-lain. Pada zaman perunggu tanaman pertanian yang
diprioritaskan, antara lain, padi, teh, kacang, kedelai, rami, dan lain-lain. pertanian sudah diusahakan secara
intensif. Pupuk sudah dikenal untuk menyuburkan tanah. Kemudian penggarapan
lahan dilakukan secara teratur agar kesuburan tanah dapat bertahan. Irigasi
sudah tertata dengan baik. Pada masa ini lahan gandum sudah diusahakan secara
luas.
Masyarakat lembah sungai kuning menganut
polytheisme. Mereka memuja dewa-dewi yang mempunyai kekuatan alam. Dewa yang
mereka sembah antara lain: Feng Pa (dewa angin ), Lei -Shih (dewa angin topan
yang digambarkan sebagai naga besar), Tai Shan (dewa yang menguasai bukit suci
), Ho Po (dewa penguasa sungai Hoang-Ho). Untuk memuja Ho Po setiap tahun
diadakan upacara yang dipimpin oleh para pendeta perempuan dengan memberi
sesaji berupa gadis tercantik di Cina yang diterjunkan di sungai Hoang Ho
tersebut.
Dewa langit adalah dewa yang mendapat pemujaan
tertinggi. Masyarakat Cina memuja dewa langit yang disebut Syang, karena langit
adalah pemberi hujan dan panas matahari. Sedangkan bumi sebagai lahan yang
menerima sinar matahari dan hujan dari langit. Sehingga masyarakat juga memuja
dewi bumi. Selain pemujaan kepada dewa-dewa masyarkat Cina juga memuja arwah
leluhur. Upacara pemujaan dilakukan oleh anak laki-laki tertua.
Ada juga beberapa ajaran lain yang ada di Cina, yaitu
:
·
Lao Tse
Ajaran Lao Tse tercantum dalam bukunya “Tao Te
Ching”. Lao Tse percaya bahwa ada semangat keadilan dan kesejahteraan yang
kekal dan abadi, yaitu bernama Tao. Ajaran – Lao Tse disebut dengan Taoisme.
Taoisme mengajarkan orang supaya menerima nasib. Menurut ajaran ini, suka dan
duka adalah sama saja. Oleh karena itu, seorang penganut Taoisme dapat memikul
suatu penderitaan dengan hati yang tidak terguncang.
Selanjutnya Taoisme juga mengajarkan bahwa di
atas alam terdapat kerajaan Langit yang diperintah oleh dewa langit atau Hoo
Tsien. Di bumi ada kerajaan bumi yang diperintah oleh Huang Ti. Bila raja yang
memerintah tidak baik maka Dewa Langit akan menegur dan memberi hukuman melalui
bencana alam atau pemberontakan. Jadi setiap orang harus menghormati Dewa
Langit, raja dan arwah nenek moyang, karena nenek moyanglah yang menurunkan
mereka.
·
Kong Fu Tse
Menurut ajaran Kung Fu Tse, Tao adalah sesuatu
kekuatan yang mengatur segala-galanya dalam alam semesta ini sehingga tercapai
keselarasan. Manusia merupakan bagian dari masyarakat yang bagian dari alam
semesta, maka tata cara hidup manusia diatur oleh Tao. Oleh karena itu, setiap
orang harus menyesuaikan diri dengan Tao, agar dalam kehidupan masyarakat
terdapat keselarasan dan keseimbangan. Penganut aliran ini percaya bahwa segala
bencana yang terjadi di muka bumi ini karena manusia menyalahi aturan Tao.
Ajaran Kung Fu Tse meliputi bidang pemerintahan dan keluarga. Ajaran Kung Fu Tse menekankan bahwa
akhlak yang bobrok dapat diperbaiki dengan membangun kembali keselarasan dalam
masyarakat sebagaimana telah dialami oleh leluhur. Keselarasan meliputi semua
pihak artinya pemerintah maupun rakyat, tua maupun muda.
Masyarakat terdiri atas keluarga. Dalam
keluarga bapaklah yang menjadi pusatnya. Seorang bapak harus mengurus
anak-anaknya dengan baik. Sebaliknya anak-anak harus hormat dan patuh terhadap
orang tuanya. Negara dipandang sebagai keluarga besar dengan raja sebagai
bapaknya. Oleh karena itu raja harus memerintah rakyatnya dengan baik dan
bijaksana.
Sebaliknya rakyat harus hormat dan taat kepada rajanya seperti anak kepada
bapaknya. Filsuf ketiga yang akan Anda pelajari adalah Meng Tse.
·
Meng Tse
Ajaran Meng Tse merupakan kelanjutan dari
ajaran Kung Fu Tse. Meskipun demikian ajaran Meng Tse bertentangan dengan Kung
Fu Tse. Meng Tse tidak memberikan pelajaran kepada kaum bangsawan, tetapi
memberikan pengetahuan kepada rakyat jelata. Menurutnya rakyatlah yang
terpenting dalam suatu negara. Apabila raja bertindak sewenang-wenang terhadap
rakyat, maka tugas para menteri untuk memperingatkannya. Apabila raja
mengabaikannya peringatan-peringatan itu para menteri wajib menurunkan raja
dari tahtanya.
B. DINASTI-DINASTI CINA
Cina “negara dengan seratus dinasti” disebut
demikian karena dinasti yang pernah berkuasa di cina selalu berganti - ganti
dengan rentang waktu yang bervariasi.
Dinasti-dinasti yang pernah berkuasa pada zaman Cina Kuno, antara lain,
sebagai berikut:
1.
Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)
Dinasti Xia adalah dinasti pertama yang diceritakan dalam catatan
sejarah seperti Catatan Sejarah Agung dan Sejarah Bambu.Dinasti ini didirikan
oleh Yu yang Agung. Sebagian besar arkeolog sekarang menghubungkan
Dinasti Xia dengan hasil-hasil ekskavasi di Erlitou, provinsi Henan,yang berupa temuan perunggu leburan dari sekitar tahun 2000 SM. Beragam
tanda-tanda yang terdapat pada tembikar dan kulit kerang yang ditemukan pada
periode ini, diduga adalah bentuk pendahulu dari aksara moderen Cina.
2.
Dinasti
Shang (1600 SM-1045 SM)
Dinasti Shang menurut sumber tradisional adalah dinasti pertama
Cina. Menurut kronologi berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa antara 1766 SM dan 1122 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu adalah antara 1556 SM dan 1046 SM. Hasil dari Proyek Kronologi Xia Shang Zhou pemerintah Republik Rakyat Cina pada tahun 1996 menyimpulkan bahwa dinasti ini memerintah antara 1600 SM sampai 1046 SM. Informasi langsung
tentang dinasti ini berasal dari inskripsi pada artefak perunggu dan tulang orakel, serta dari Catatan Sejarah Agung (Shiji) karya Sima Qian.
Temuan arkeologi memberikan bukti
keberadaan Dinasti Shang sekitar 1600-1046 SM, yang terbagi menjadi
dua periode. Bukti keberadaan Dinasti Shang periode awal (k. 1600-1300 SM)
berasal dari penemuan-penemuan di Erlitou, Zhengzhou dan Shangcheng. Sedangkan bukti keberadaan Dinasti
Shang periode kedua (k. 1300–1046 SM) atau periode Yin, berasal dari kumpulan
besar tulisan pada tulang orakel. Para arkeolog mengkonfirmasikan
bahwa kota Anyang di provinsi Henan adalah ibukota terakhir
Dinasti Shang, dari
sembilan ibukota lainnya. Dinasti Shang diperintah 31 orang raja, sejak Raja Tang sampai dengan Raja Zhou sebagai raja terakhir.
Masyarakat Cina masa ini mempercayai banyak dewa, antara lain dewa-dewa cuaca
dan langit, serta dewa tertinggi yang dinamakan Shang-Ti. Mereka juga percaya
bahwa nenek moyang mereka, termasuk orang tua dan kakek-nenek mereka, setelah
meninggal akan menjadi seperti dewa pula dan layak disembah. Sekitar tahun 1500
SM, orang Cina mulai menggunakan tulang orakel untuk memprediksi masa depan.
Para ilmuwan Barat cenderung
ragu-ragu untuk menghubungkan berbagai permukiman yang sezaman dengan pemukiman
Anyang sebagai bagian dari dinasti Shang. Hipotesa terkuat ialah
telah terjadinya ko-eksistensi antara Anyang yang diperintah oleh Dinasti
Shang, dengan pemukiman-pemukiman berbudaya lain di wilayah yang sekarang
dikenal sebagai “Cina sebenarnya” (China proper).
3.
Dinasti Zhou (1027 SM–256 SM)
Dinasti Zhou adalah dinasti terlama berkuasa dalam sejarah Cina
yang menurut Proyek Kronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046 SM hingga 256 SM. Dinasti ini mulai tumbuh dari lembah Sungai Kuning, di sebelah barat Shang. Penguasa Zhou, Wu Wang, berhasil mengalahkan Shang pada Pertempuran Muye. Pada masa Dinasti Zhou mulailah dikenal konsep
“Mandat Langit” sebagai legitimasi pergantian kekuasaan, dan konsep ini
seterusnya berpengaruh pada hampir setiap pergantian dinasti di Cina. Ibukota
Zhou awalnya berada di wilayah barat, yaitu dekat kota Xi’an moderen sekarang, namun kemudian terjadi serangkaian ekpansi ke arah
lembah Sungai Yangtze. Dalam sejarah Cina, ini menjadi awal dari
migrasi-migrasi penduduk selanjutnya dari utara ke selatan. Pada Dinasti ini
banyak bermunculan tokoh-tokoh seperti Lao Tzu dan Kong Fu Tzu
4.
Periode Musim Semi dan Musim Gugur
(722 SM-476 SM)
Pada sekitar abad ke-8 SM, terjadi desentralisasi kekuasaan pada Periode Musim Semi dan Musim Gugur, yang diberi nama
berdasarkan karya sastra Chun Qiu (Musim Semi dan Gugur). Pada zaman ini, pimpinan
militer lokal yang digunakan Zhou mulai menunjukkan kekuasaannya dan berlomba-lomba memperoleh hegemoni. Invasi dari barat laut, misalnya oleh Qin, memaksa Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke timur, yaitu ke Luoyang. Ini menandai fase kedua Dinasti Zhou: Zhou Timur. Ratusan negara
bermunculan, beberapa di antaranya hanya seluas satu desa, dengan penguasa
setempat memegang kekuasaan politik penuh dan kadang menggunakan gelar
kehormatan bagi dirinya. Seratus Aliran Pemikiran dari filsafat Cina berkembang pada zaman
ini, berikut juga beberapa gerakan intelektual berpengaruh seperti Konfusianisme, Taoisme, Legalisme, dan Mohisme.
5.
Periode Negara Perang (476 SM-221
SM)
Setelah berbagai konsolidasi
politik, tujuh negara terkemuka bertahan pada akhir abad ke-5 SM. Meskipun saat itu masih terdapat raja dari Dinasti Zhou sampai 256 SM, namun ia
hanya seorang pemimpin nominal yang tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Pada
masa itu, daerah tetangga dari negara-negara yang berperang juga ditaklukkan
dan menjadi wilayah baru, antara lain Sichuan dan Liaoning; yang kemudian diatur di bawah
sistem administrasi lokal baru berupa commandery dan prefektur.
Negara Qin berhasil menyatukan ketujuh negara yang ada, serta melakukan ekspansi ke
wilayah-wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong, dan Guangxi pada 214 SM. Periode saat negara-negara saling berperang hingga
penyatuan seluruh Cina oleh Dinasti Qin pada tahun 221 SM, dikenal dengan nama “Periode Negara Perang“, yaitu penamaan yang
diambil dari nama karya sejarah Zhan Guo Ce (Strategi Negara Berperang).
6.
Dinasti Qin/Chin (221 SM–206 SM)
Dinasti Qin berhasil menyatukan
Cina yang terpecah menjadi beberapa kerajaan pada Periode Negara Perang melalui serangkaian
penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan lain, dengan penaklukan terakhir adalah
terhadap kerajaan Qi pada sekitar tahun 221 SM. Qin Shi Huang dinobatkan menjadi kaisar pertama Cina bersatu pada
tahun tersebut. Dinasti ini terkenal mengawali pembangunan Tembok Besar Cina yang belakangan
diselesaikan oleh Dinasti Ming serta peninggalan Terakota di makam Qin Shi Huang.
Beberapa kontribusi besar Dinasti
Qin, antara termasuk terbentuknya konsep pemerintahan terpusat, penyatuan
undang-undang hukum, diterapkannya bahasa tertulis, satuan pengukuran, dan mata
uang bersama seluruh Cina, setelah berlalunya masa-masa kesengsaraan pada Zaman Musim Semi dan Gugur. Bahkan hal-hal yang
mendasar seperti panjangnya as roda untuk gerobak dagang, saat itu mengalami penyeragaman demi menjamin berkembangnya sistem
perdagangan yang baik di seluruh kekaisaran.
7.
Dinasti Han (206 SM–220 M)
Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memimpin pemberontakan rakyat dan meruntuhkan dinasti
sebelumnya, Dinasti Qin, pada tahun 206 SM. Zaman kekuasaan Dinasti Han terbagi menjadi dua periode yaitu Dinasti Han Barat (206 SM – 9) dan Dinasti Han Timur (23 – 220) yang dipisahkan oleh periode pendek Dinasti Xin (9 – 23).
Kaisar Wu (Han Wudi) berhasil mengeratkan persatuan dan
memperluas kekaisaran Cina dengan mendesak bangsa Xiongnu (sering disamakan
dengan bangsa Hun) ke arah stepa-stepa Mongolia Dalam, dengan demikian
merebut wilayah-wilayah Gansu, Ningxia, dan Qinghai. Hal tersebut menyebabkan
terbukanya untuk pertama kali perdagangan antara Cina dan Eropa, melalui Jalur Sutra. Jenderal Ban Chao dari
Dinasti Han bahkan memperluas penaklukannya melintasi pegunungan Pamir sampi ke
Laut Kaspia.Kedutaan pertama dari Kekaisaran Romawi tercatat pada
sumber-sumber Cina pertama kali dibuka (melalui jalur laut) pada tahun 166, dan
yang kedua pada tahun 284.
Pada awalnya, Liu Bang (kaisar Gao)
membagi negara menjadi beberapa negara bagian feodal dengan maksud untuk
memuaskan para pemimpin negeri yang bergabung dengannya saat perang Chu-Han,
walaupun dia berencana akan menyingkirkan mereka setelah Liu Bang menggabungkan
dan mengkonsolidir pasukannya menjadi kekuatan penuh.
Pada masa dinasti Han, ajaran Konfusius dan Taoisme
berkembang pesat.
8.
Dinasti Sui (581–618 M)
Dinasti Sui (Sui Chao) (581
– 618) adalah sebuah dinasti yang menjadi peletak dasar bagi kejayaan Dinasti Tang sesudahnya. Dinasti ini
mempersatukan Cina yang terpecah belah
pada Zaman Enam Belas Negara sebelumnya. Terusan
besar dibangun pada masa dinasti ini. Dinasti ini cukup pendek karena hanya 2
kaisar yang benar-benar memerintah. Kaisar-kaisar berikutnya hanyalah kaisar
boneka yang dipasang oleh para jenderal dan penguasa militer sebelum akhirnya
mereka sendiri mendirikan dinastinya sendiri. Li Yuan, sepupu Yang Guang, kaisar dinasti Sui
yang kedua, merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti Tang.
Masa transisi Dinasti Sui-Tang
Masa transisi Sui-Tang (Sui mo Tang chu)
adalah masa peralihan dari Dinasti Sui ke Dinasti Tang yang penuh konflik dan pertumpahan darah. Pada masa
itu, Cina terpecah-pecah atas beberapa negara independen yang berumur pendek,
negara-negara ini dipimpin oleh para mantan pejabat dan pemimpin militer Sui
dan para pemimpin pemberontakan petani. Salah satu mantan jenderal Sui bernama Li Yuan akhirnya berhasil
mempersatukan kembali Cina dan mendirikan Dinasti Tang, ia menjadi kaisar
pertamanya dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Periode ini berawal dari tahun 613 ketika Kaisar Yang dari
Sui melakukan kampanye militer melawan Kerajaan Goguryeo, Korea. Perang yang gagal ini
berujung tragedi bagi Cina, banyak pasukan yang dikirim ke Korea tidak pernah
kembali yang selanjutnya berakibat desersi di tubuh militer dan
pemberontakan dari rakyat yang direkrut paksa untuk dikirim dalam kampanye
berikutnya. Periode ini baru berakhir tahun 628 dengan dikalahkannya
Kerajaan Liang, rezim separatis terakhir pimpinan Liang Shidu oleh Kaisar Tang Taizong (Li Shimin), putra Li Yuan dan kaisar kedua Tang.
Runtuhnya Dinasti Sui dan berdirinya Dinasti Tang
Kaisar Yang merasa dirinya
aman-aman saja dibawah perlindungan pasukan elit Xiaoguo di Jiangdu, padahal
keadaan negara saat itu sudah semakin gawat. Ia tidak terlalu peduli untuk
menangani pemberontakan dan hanya mengirim Jenderal Wang Shichong ke Luoyang untuk
mempertahankan kota itu dari serbuan pasukan Li Mi. Kaisar bahkan tidak berniat
untuk kembali ke utara dan bermaksud memindahkan ibukota ke Danyang (sekarang Nanjing, Jiangsu), di wilayah selatan Sungai Yangtze. Namun anggota pasukan Xiaoguo yang sebagian besar
berasal dari utara dan mengkhawatirkan keluarga mereka disana, mulai melakukan
desersi, mereka yang tertangkap dikenai hukuman berat. Keresahan melanda tubuh
pasukan elit itu sehingga para perwiranya berkomplot untuk melakukan kudeta,
mereka mendukung Yuwen Huaji, Adipati Xu (putra
Yuwen Shu) sebagai pemimpin kudeta. Musim semi 618, mereka melaksanakan
rencana itu dan membunuh Kaisar Yang. Kemudian Yuwen mengangkat keponakan
Kaisar Yang, Yang Hao, Pangeran Qin sebagai
kaisar boneka, dan ia sendiri sebagai walinya. Ia lalu bertolak dari Jiangdu ke
utara bersama pasukan Xiaoguo untuk memerangi pemberontak.
Kabar kematian kaisar segera
menyebar ke seantero wilayah Cina. Di Chang’an, Li Yuan meresponnya dengan
menuntut Kaisar Gong menyerahkan tahta padanya, ia mendirikan dinasti baru,
Dinasti Tang, dengan dirinya sebagai kaisar pertama. Sementara di Luoyang,
tujuh orang pejabat terkemuka mengangkat cucu lain Kaisar Yang, Yang Tong, Pangeran Yue, sebagai
kaisar dan ia diakui sebagai kaisar yang sah oleh sebagian besar pos militer
yang masih setia pada Sui. Li Mi yang posisinya terjepit antara pemerintah Sui
di Luoyang dan pasukan Yuwen yang sedang menuju utara, untuk sementara menjalin
persekutuan dengan pemerintah di Luoyang dan mengakui Yang Tong sebagai
pemimpin yang sah. Setelah Li mengalahkan Yuwen, Wang Shichong yang menentang
persekutuan itu, mengambil alih kekuasaan dan menjadi wali atas Yang Tong,
dengan demikian persekutuan dengan Li Mi putus. Pada akhir tahun itu, Wang
melakukan serangan dadakan terhadap Li, Li yang kalah terpaksa melarikan diri
ke wilayah Tang. Tahun berikutnya ia mencoba berontak dan dikalahkan pemerintah
Tang, lalu dihukum mati.
Di tempat lain, Xue Ju telah wafat
pada awal 618 dan digantikan oleh putranya, Xue Rengao. Li Shimin, Pangeran
Qin, putra Li Yuan, mengalahkan dan membunuh Xue, seluruh wilayah kekuasaannya
pun dianeksasi oleh Tang. Pada saat yang sama, Dou Jiande mengkonsolidasikan
wilayahnya di utara Sungai Kuning, ia mengalahkan dan menghukum mati Yuwen yang
telah meracuni Yang Hao dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Xu, namun Dou
tidak pernah berhasil mengalahkan Luo Yi. Luo sendiri akhirnya menyerah pada
pemerintah Tang. Sementara Zhu Can menghadapi perlawanan sengit dari rakyat
yang membenci kekejamannya, ia mempertimbangkan antara menyerah pada Yang Tong
di Luoyang atau pada Dinasti Tang, dan akhirnya ia memilih pilihan pertama.
Pada musim panas 619, Wang menggulingkan
Yang Tong dan mendirikan dinastinya sendiri, Dinasti Zheng, dengan dirinya
sebagai kaisar.
9.
Dinasti Tang (618–907 M)
Pada 18 Juni 618, Li Yuan naik tahta dan memulai era Dinasti Tang yang menggantikan Dinasti Sui. Zaman ini merupakan masa kemakmuran dan perkembangan
seni dan teknologi Cina. Agama Buddha menjadi agama utama yang dianut oleh keluarga
kerajaan serta rakyat kebanyakan. Sejak sekitar tahun 860, Dinasti Tang mulai
mengalami kemunduran karena munculnya pemberontakan-pemberontakan.
10. Dinasti Sung (960-1279 M)
Dinasti Song (song chao) adalah
salah satu dinasti yang memerintah di Cina antara tahun 960 sampai
dengan tahun 1279 sebelum Cina diinvasi oleh bangsa Mongol. Dinasti ini
menggantikan periode Lima Dinasti dan Sepuluh Negara dan setelah
kejatuhannya digantikan oleh Dinasti Yuan. Dinasti ini merupakan pemerintahan pertama di dunia
yang mencetak uang kertas dan merupakan dinasti Cina pertama yang mendirikan
angkatan laut. Dalam periode pemerintahan dinasti ini pula, untuk pertama
kalinya bubuk mesiu digunakan dalam peperangan dan kompas digunakan untuk menentukan arah utara.
Dinasti Song dibagi ke dalam dua
periode berbeda, Song Utara dan Song Selatan. Semasa periode Song Utara
(960–1127), ibukota Song terletak di kota Bianjing (sekarang Kaifeng) dan dinasti ini mengontrol kebanyakan daerah Cina dalam (daerah suku Han bermayoritas). Song Selatan (1127–1279) merujuk pada periode
setelah dinasti Song kehilangan kontrol atas Cina Utara yang direbut oleh Dinasti Jin. Pada masa periode ini,
pemerintahan Song mundur ke selatan Sungai Yangtze dan mendirikan ibukota di Lin’an (sekarang Hangzhou). Walaupun Dinasti Song telah kehilangan kontrol atas daerah asal
kelahiran kebudayaan Cina yang berpusat di sekitar Sungai Kuning, ekonomi Dinasti Song tidaklah jatuh karena 60 persen
populasi Cina berada di daerah kekuasaan Song Selatan dan mayoritas daerah
kekuasaannya merupakan tanah pertanian yang produktif. Dinasti Song Selatan
meningkatkan kekuatan angkatan lautnya untuk mempertahankan daerah maritim
dinasti Song. Untuk mendesak Jin dan bangsa Mongol, dinasti Song
mengembangkan teknologi militer yang menggunakan bubuk mesiu. Pada tahun 1234,
Dinasti Jin ditaklukkan oleh bangsa Mongol. Möngke Khan, Khan ke-empat kekaisaran Mongol, meninggal pada tahun 1259 dalam penyerangan ke
sebuah kota di Chongqing. Saudara lelakinya, Kublai Khan kemudian dinyatakan sebagai Khan yang baru, walaupun
klaim ini hanya diakui oleh sebagian bangsa Mongol di bagian Barat. Pada tahun
1271, Kubilai Khan dinyatakan sebagai Kaisar Cina. Setelah peperangan sporadis selama dua dasawarsa,
tentara Kubilai Khan berhasil menaklukkan dinasti Song pada tahun 1279. Cina
kemudian disatukan kembali di bawah Dinasti Yuan (1271–1368).
Kehidupan sosial semasa Dinasti
Song cukup vibran. Elit-elit sosial saling berkumpul untuk memamerkan dan
memperdagangkan karya-karya seni berharga, masyarakat saling berkumpul dalam
festival-festival publik dan klub-klub privat, dan di kota-kota terdapat daerah
perempatan hiburan yang semarak. Penyebaran ilmu dan literatur didorong oleh
penemuan teknik percetakan blok kayu yang telah ada dan penemuan percetakan
bergerak pada abad ke-11. Teknologi, sains, filsafat, matematika, dan ilmu
teknik pra-modern berkembang dengan pesat pada masa Dinasti Song. Walaupun
institusi seperti ujian pegawai sipil telah ada sejak masa Dinasti Sui, institusi ini menjadi
lebih menonjol pada periode Song. Hal inilah yang menjadi faktor utama
bergesernya elit bangsawan menjadi elit birokrat.
11. Dinasti Yuan (1279–1368 M)
Dinasti Yuan (yuan chao) (1279 –
1368) adalah satu dari dua dinasti asing di Cina (yang lainnya adalah dinasti Qing). Dinasti asing berarti
dinasti yang bukan didirikan oleh orang Han karena di zaman dulu,
Han adalah satu-satunya yang dianggap mewakili entitas China. Dinasti ini
didirikan oleh Kublai Khan, cucu dari Jenghiz Khan yang mendirikan kekaisaran terbesar dalam sejarah
dunia.
Walaupun Kublai Khan secara
de-facto adalah pendiri Dinasti Yuan, namun ia menempatkan kakeknya, Jenghiz
Khan sebagai kaisar pertama Dinasti Yuan.
Sebelum invasi bangsa Mongol, laporan dari
dinasti-dinasti Cina memperkirakan terdapat sekitar 120 juta penduduk; namun
setelah penaklukan selesai secara menyeluruh pada tahun 1279, sensus tahun 1300
menyebutkan bahwa terdapat 60 juta penduduk.[28] Demikian pula pada pemerintahan Dinasti Yuan terjadi
epidemi abad ke-14 berupa wabah penyakit pes (Kematian Hitam), dan diperkirakan telah menewaskan 30% populasi Cina
saat itu.
12. Dinasti Ming (1368–1644)
Sepanjang masa kekuasaan Dinasti Yuan, terjadi penentangan
yang cukup kuat terhadap kekuasaan asing ini di kalangan masyarakat. Sentimen
ini, ditambah sering timbulnya bencana alam sejak 1340-an, akhirnya menimbulkan pemberontakan petani yang menumbangkan
kekuasaan Dinasti Yuan. Zhu Yuanzhang dari suku Han mendirikan Dinasti Ming setelah berhasil mengusir Dinasti Yuan pada tahun 1368.
Tahun 1449, Esen Tayisi dari bangsa
Mongol Oirat melakukan penyerangan ke wilayah Cina utara, dan bahkan sampai
berhasil menawan Kaisar Zhengtong di Tumu. Tahun 1542, Altan Khan memimpin bangsa
Mongol terus-menerus mengganggu perbatasan utara Cina, dan pada tahun 1550 ia
berhasil menyerang sampai ke pinggiran kota Beijing. Kekaisaran Dinasti Ming
juga menghadapi serangan bajak laut Jepang di sepanjang garis pantai tenggara
Cina;
peranan Jenderal Qi Jiguang sangat penting dalam mengalahkan serangan bajak laut
tersebut. Suatu gempa bumi terdasyat di dunia, gempa bumi Shaanxi tahun 1556,
diperkirakan telah menewaskan sekitar 830.000 penduduk, yang terjadi di masa
pemerintahan Kaisar Jiajing.
Selama masa Dinasti Ming,
pembangunan terakhir Tembok Besar Cina selesai dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan bagi
Cina atas invasi dari bangsa-bangsa asing. Meskipun pembangunannya telah
dimulai di masa sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar tembok yang terlihat
saat ini adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Dinasti Ming. Bangunan
bata dan granit telah diperluas, menara pengawas dirancang-ulang, serta
meriam-meriam ditempatkan di sepanjang sisinya.
13. Dinasti Qing/Ching (1644–1911 M)
Dinasti Qing (1644–1911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming, dinasti terakhir Han Cina, oleh suku Manchu (滿族,满族) dari sebelah timur
laut Cina pada tahun 1644. Dinasti ini merupakan
dinasti feodal terakhir yang memerintah Cina. Diperkirakan sekitar 25 juta
penduduk tewas dalam periode penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644). Bangsa Manchu kemudian
mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme dalam pemerintahan mereka, sebagaimana tradisi yang
dilaksanakan oleh pemerintahan dinasti-dinasti pribumi Cina sebelumnya.
Pada Pemberontakan Taiping (1851–1864), sepertiga
wilayah Cina sempat jatuh dalam kekuasaan Taiping Tianguo, suatu gerakan
keagamaan kuasi-Kristen yang dipimpin Hong Xiuquan yang menyebut dirinya “Raja Langit”. Setelah empat
belas tahun, barulah pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, tentara
Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking Ketiga tahun 1864. Kematian yang
terjadi selama 15 tahun pemberontakan tersebut diperkirakan mencapai 20 juta
penduduk.
Beberapa pemberontakan yang
memakan korban jiwa dan harta yang lebih besar kemudian terjadi, yaitu Perang
Suku Punti-Hakka, Pemberontakan Nien, Pemberontakan Minoritas Hui,
Pemberontakan Panthay, dan Pemberontakan
Boxer. Dalam banyak hal, pemberontakan-pemberontakan tersebut
dan perjanjian tidak adil yang berhasil
dipaksakan oleh kekuatan imperialis asing terhadap Dinasti Qing, merupakan
tanda-tanda ketidakmampuan Dinasti Qing dalam menghadapi tantangan-tantangan
baru yang muncul di abad ke-19.
C. Sistem Pemerintahan Kenegaraan Cina
Ada dua
macam sistem pemerintahan yang pernah dianut dalam kehidupan kenegaraan Cina
kuno, yaitu:
v Sistem
Pemerintahan Feodal, dalam masa pemerintahan ini, kaisar tidak menangani
langsung urusan kenegaraan. Kondisi ini berlatar belakang bahwa kedudukan
kaisar bersifat sakral. Kaisar dihormati sebagai utusan atau bahkan anak dewa
langit, sehingga tidak layak mengurusi politik praktis.
v Sistem
Pemerintahan Unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam memerintah. Kekuasaan
negara berpusat di tangan kaisar, sehingga kaisar campur tangan dalam segala
urusan politik praktis.
D. Penemuan Bangsa Cina
Ø Kertas
Pada zaman Dinasti Chou,
aksara Cina ditulis pada potongan bambu. Cara menuliskannya adalah dari atas ke
bawah. Sekitar tahun 105 M, pada masa Dinasti Han ditemukan teknik pembuatan
kertas yang dibuat dari campuran bubur kayu dan lem. Sehingga aksara Cina
kemudian ditulis di atas kertas. Penemu tersebut bernama Tsai Lun. Adapun pada
zaman Dinasti T’ang ditemukan teknik cetak (untuk mencetak buku dan kalender).
Bangsa Cina juga
menemukan tik gerak (movable type) yaitu blok-blok kayu dengan huruf-huruf yang
dicungkil ke luar. Dengan penemuan kertas dan alat cetak tersebut memungkinkan
adanya penerbitan buku-buku dalam jumlah yang besar dan dengan harga murah.
Bangsa Cina termasuk bangsa yang sangat memperhatikan tulisan. Penemuan kertas
dan alat cetak juga membantu penyebaran karya sastra di Cina.
Ø Kompas
Kompas adalah ciptaan
bangsa cina yang paling banyak digunakan hingga saat ini. Alat penunujuk arah
ini dipakai pada kapal, pesawat terbang, kendaraan darat bahkan pejalan kaki
dan para pecinta alam.[3] Pada awalnya kompas yang diciptakan
menunjuk ke selatan bukan utara karena mereka menganggap arah cardinal mereka
adalah selatan. Kompas paling awal yang terbuat dari magnet diciptakan pada
abad ke4 SM.
Ø Bubuk
Misiu
Dijelaskan dalam
terbitan dari koleksi buku “tehnik militer paling penting” yang disusun oleh
Zeng Goliang, Mesiu awalnya dibuat dari campuran kalium nitrat, arang dan
belerang. Ini diasumsikan sebagai penemuan mesiu, karena Zeng menggambarkan
tiga campuran bahan berbeda dan kemudian China menggunakannya sebagai sinyal
suar dan kembang api, yang kemudian dipergunakan oleh militer sebagai rudimeter
granat.
Seiring dengan perkembangan zaman,
maka logam ditambahkan disamping 3 bahan campuran utama, pada saat inilah
kembang api modern lahir dan disusul dengan terciptanya bahan peledak proyektil
seperti peluru.
Ø Alkohol
Jejak-jejak alkohol
ditemukan dalam pecahan tembikar oleh arkeolog di provinsi Hennan yang
diperkirakan berumur 9000 tahun. Penemuan ini membuktikan bahwa China adalah
yang pertama untuk membuat alcohol. Pada awal abad ketiga SM, orang China telah
menemukan cara untuk memperbaiki produk makanan seperti cuka dan kecap dengan
menggunakan teknik fermentasi dan penyulingan, kemudian disusul dengan alcohol.
Tapi diketahui alkohol ditemukan pertama kali oleh bangsa Arab dan menamakannya
al-kuhl dan diserap kedalam kata inggris sehingga menjadi kata alcohol.
Ø Keramik
Keramik merupakan salah satu peninggalan
budaya bangsa Cina yang bermutu tinggi. Keramik yang berglasur (diberi lapisan
keras yang berkilap) serta porselin Cina yang indah dibuat dengan teknik yang
tinggi. Mangkuk, cawan dan piring-piring keramik Cina dikenal di Eropa juga di
Indonesia. Tiap-tiap dinasti di Cina meninggalkan jenis keramiknya masing-masing.
D. Ilmu Pengetahuan
Ø Astronomi
Ilmu pengetahuan yang telah berkembang sejak jaman dongeng antara lain
astronomi atau ilmu perbintangan. Ilmu astronomi digunakan untuk:
1.
Menentukan penanggalan yang didasarkan pada peredaran bulan;
2.
meramal masa depan manusia dan masa depan
negara khususnya saat memasuki tahun baru imlek;
3.
mengetahui saat terjadinya gerhana matahari dan
bulan; dan
4.
mengetahui perputaran atau pergantian musim
yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat seperti pertanian dan
pelayaran.
Ø Bahasa
Masyarakat Cina sudah mengenal tulisan, yaitu
tulisan gambar. Tulisan gambar itu merupakan sebuah lambang dari apa yang
hendak ditunjukkan. Tulisan itu merupakan salah satu sarana komunikasi. Untuk
memupuk rasa persatuan dan rasa persaudaraan, pada permulaan abad ke-20
dikembangkan pemakaian bahasa persatuan, yaitu bahasa Kuo-Yu.
Ø Aksara
Cina sudah mengenal
aksara sejak Dinasti Shang. Aksara Cina yang berbentuk pictograph ini termasuk
jenis aksara ideograph (aksara lambang benda). Aksara Cina ditulis di atas
kulit penyu dan tulang. Aksara gambar benda (ideograph) ini semula ditulis dan
digambar untuk kepentingan ramal-meramal, karena bangsa Cina sejak zaman dahulu
suka dengan ramalan.
Ø Kesenian
Seni patung, pahat, relief, lukis, dan gambar,
seni rias, vokal, musik, bagunan, sastra atau drama. Perkembangan Sastra di zaman Cina Kuno tidak
dapat dipisahkan dengan berkembangnya tulisan. Awalnya penulisan satra
dilakukan di atas kulit menyu dan bambu. Namun setelah ditemukannya kertas pada
dinasti Han, karya sastra berkembang dengan pesat.
Ø Seni Bangunan
Tembok Besar Cina (The Great Wall of
China) dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Chin. Namun, sebelum dinasti
Chin berkuasa di Cina, sebenarnya di daerah Cina utara sudah dibangun dinding
terpisah untuk menangkal serangan yang dilakukan oleh suku di sebelah utara
Cina. Pada masa pemerintahan kaisar Shih Huang TI, dinding-dinding itu
dihubungkan menjadi tembok raksasa yang panjangnya mencapai 7000 kilometer dan
tingginya 16 meter serta lebarnya 8 meter. Pada jarak tertentu didirikan
benteng pertahan yang dijaga ketat oleh pasukan Cina.
Untuk membuat tembok raksasa ini, diperlukan
waktu ratusan tahun di zaman berbagai kaisar. Semula, diperkirakan Qin
Shi-huang yang memulai pembangunan tembok itu, namun menurut penelitian dan
catatan literatur sejarah, tembok itu telah dibuat sebelum Dinasti Qin berdiri,
tepatnya dibangun pertama kali pada Zaman Negara-negara Berperang. Kaisar Qin
Shi-huang meneruskan pembangunan dan pengokohan tembok yang telah dibangun
sebelumnya.Sepeninggal Qin Shi-huang, pembuatan tembok ini sempat terhenti dan
baru dilanjutkan kembali di zaman Dinasti Sui, terakhir dilanjutkan lagi di
zaman Dinasti Ming. Bentuk Tembok Raksasa yang sekarang kita lihat adalah hasil
pembangunan dari zaman Ming tadi. Bagian dalam tembok berisi tanah yang
bercampur dengan bata dan batu-batuan. Bagian atasnya dibuat jalan utama untuk
pasukan berkuda Tiongkok. Tembok raksasa ini dibangun dalam waktu 18 abad
lamanya dan selesai pada masa kekuasaan Dinasti Ming (abad ke-17 M). Tembok
Raksasa Cina dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Pada tahun
1987, bangunan ini dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Cina merupakan salah satu kebudayaan
yang tertua di dunia. Cina juga termasuk dalam peradaban sungai yang tertua yaitu peradaban lembah sungai
Kuning.
Sistem mata pencarian hidupnya yaitu dengan Berburu, mengumpulkan makanan, bercocok tanam,
peternakan, peternakan, perikanan, dan perdagangan masuk ke dalam sistem mata
pencarian hidup. Masyarakat lembah
sungai kuning menganut polytheisme. Mereka memuja dewa-dewi yang mempunyai
kekuatan alam.
Serta ajaran Taoisme dan Kungfusianisme.
Ajaran Taoisme: kekuatanlah yang
mengatur keadilan dan kesejahteraan di alam semesta. Tokohnya Laotze.
Ajaran Kungfusianisme: mengajarkan
mengenai pemerintahan dan
keluarga. Tokohnya Kung Fu- Tze.
Dinasti di Cina:
• 2100 SM-1600 SM : Dinasti Hsia
• 1600 SM-1045 SM : Dinasti Shang
• 1027 SM-256 SM : Dinasti Chou
• 221 SM-206 SM : Dinasti Chi’in
• 206 SM-220 M : Dinasti Han
• 220-618 M : Perang Saudara
• 618-907 M : Dinasti Tang
• 907-1279 M : Dinasti Sung
• 1279-1368 M : Dinasti Yuan
• 1368-1644 M : Dinasti Ming
• 1644-1911 M : Dinasti Manchu/Qing
• 2100 SM-1600 SM : Dinasti Hsia
• 1600 SM-1045 SM : Dinasti Shang
• 1027 SM-256 SM : Dinasti Chou
• 221 SM-206 SM : Dinasti Chi’in
• 206 SM-220 M : Dinasti Han
• 220-618 M : Perang Saudara
• 618-907 M : Dinasti Tang
• 907-1279 M : Dinasti Sung
• 1279-1368 M : Dinasti Yuan
• 1368-1644 M : Dinasti Ming
• 1644-1911 M : Dinasti Manchu/Qing
Ada dua macam sistem pemerintahan
yang pernah dianut dalam kehidupan kenegaraan Cina kuno, yaitu:
Sistem Pemerintahan Feodal, dalam masa pemerintahan ini, kaisar tidak
menangani langsung urusan kenegaraan. Kondisi ini berlatar belakang bahwa
kedudukan kaisar bersifat sakral. Kaisar dihormati sebagai utusan atau bahkan
anak dewa langit, sehingga tidak layak mengurusi politik praktis.
Sistem Pemerintahan Unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam memerintah.
Kekuasaan negara berpusat di tangan kaisar, sehingga kaisar campur tangan dalam
segala urusan politik praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Hart,
Michael H. 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah, Jakarta :
Hikmah, 2009.
Ø http://id.shvoong.com/books/dictionary/2240041-sejarah-peradaban-cina/
Ø http://doeapoeloehdoea.wordpress.com/2011/05/19/dinasti-yang-pernah-memerintah-di-china/
Ø http://ilmu-teknologi.blogspot.com/2008/05/10-inovasi-teknologi-bangsa-cina-kuno.html
[3]
http://ilmu-teknologi.blogspot.com/2008/05/10-inovasi-teknologi-bangsa-cina-kuno.html
[4]
http://kuninghijau.wordpress.com/2011/07/26/kebudayaan-dan-peradaban-sungai-hwang-ho-dan-yang-tse/
0 Response to "Makalah Peradaban Asia Timur Cina"
Posting Komentar