Dalam makalah yang sangat singkat ini kami akan meyampaikan
terkait ajaran paham wahabi dari sejarah sampai pemikirannya.
PENDAHULUAN
Tajdid dalam pengertian harfiah
(etimologis) berarti pembaruan, sedangkan pelakunya disebut mujaddid (pembaru).
Menurut istilah (terminologi), tajdid berarti pembaruan dalam hidup keagamaan,
baik berbentuk pemikiran maupun gerakan, sebagai reaksi atau tanggapan terhadap
tantangan-tantangan intemal maupun ekstemal yang menyangkutkeyakinan ataupun
urusan sosial umat. Selanjutnya, apabila pengertian tajdid yang dikemukakan
oleh para ulama dikategorisasikan, terdapat dua pengertian. Pertama, tajdid
dalam bidang akidah dan ibadah mahdah. Dalam bidang ini, tajdid diartikan
"pemumian" dengan jalan kembali pada pedoman mutlak, yaitu Al-Qur'an
dan sunah Rasul (bersih dari bidah, syirik, khurafat, dan takhayul). Kedua,
tajdid dalam muamalah duniawiah. Dalam hal ini, tajdid diartikan memperbarui
interpretasi (merumuskan kembali) ajaran Islam sehingga tidak terkesan ketingg
alanzaman. Dalam ungkapan lain, tajdid berarti modernisasi (interpretasi baru.;
terhadap ajaran Islam.
PEMBAHASAN
BAB II
Muhammad bin Abdul Wahab lahir di
Uyainah, daerah Nejed pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206H. Negeri tempat
kelahirannya adalah sebuah daerah terpencil di pedalaman Arab Saudi. Daerah ini
tandus dan tidak banyak diperhatikan orang sebelum timbulnya gerakan pembaruan
yang dipelopori Muhammad bin Abdul Wahab. Meskipun daerah ini secararesmi
merupakan daerah jajahan Turki, tetapi pemerintah Turki tidak begitu
memerhatikan daerah ini.
Karena tidak mempunyai wakil
pemerintahan yang efektif, kabilah-kabilah Arab yang mendiami daerah tersebut
tetap sebagai kelompok-kelompok yang bebas. Mereka berada di bawah bimbingan
berbagai kepala suku (amir-amir) mereka.
Pada masa itu, kebesaran dan
kekuasaan Kerajaan Turki Usmani mulai merosot dan rapuh. Muhammad bin Abdul
Wahab dibesarkan dan dididik ayahnya sendiri. Ayahnya seorang faqih (ahli
fikih) dan kadi (hakim) di negeri itu yang bermazhab Hambali, suatu aliran yang
menjadi rujukan penduduk Nejed pada umumnya.
Di dalam buku Sirah al-Imam
asy-Syaikh Muhammad Abdul Wahab oleh Amin Sa'id disebutkan bahwa ayah Muhammad
bin Abdul Wahab adalah salah seorang ulama besar pada masanya. Selain itu,
datuknyayangbemama Sulaiman binAli adalah ulama terkemuka di Nejed. Ia menjadi
nara sumber bagi ulama-ulama di daerah Nejed dalam berbagai kesulitan yang
mereka hadapi.
Sejak kecil, Muhammad bin Abdul
Wahab sudah mampu menghafal dan memahami apa yang dibacanya, termasuk
Al-Qur'an. Pada usia 9 tahun, ia sudah hafal Al-Qur'an 30 jaz. Kemampuannya
dalam menghafal dan memahami sesuatu juga menumbuhkan kemauan yang kuat untuk
memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, setelah cukup
belajar kepada ayahnya mengenai fikih mazhab Imam Ahmad bin Hambal, ia
melanjutkan pelajaran di Madinah. Ia berguru kepada Syaikh Sulaiman al- Kurdi
dan Muhammad Hayat al-Sindi. Dari kedua gurunya inilah ia mendapatkan pelajaran
tentang bermacam-macam bidah dan bahayanya yang menyimpang dari ajaran lslam.
Muhammad bin Abdul Wahab
melanjutkan belajar ke berbagai negeri, seperti Basrah (tinggal selama 4
tahun), Bagdad (tinggal selama 5 tahun), Kurdistan (selama setahun), dan
Hamadan (tinggal selama 2 tahun). Kemudian, ia pergi ke Isfahan untuk
mempelajari filsafat dan tasawuf. Setelah itu, ia pulang ke negerinya setelah
singgah di Kota Qum.
Kerangka Pemikiran Muhammad bin
Abdul Wahab
Pola (kerangka) pemikiran
Muhammad bin Abdul Wahab terhadap Al-Qur'an dan sunah menyatakan bahwa wibawa
keduanya adalah mutlak. Adapun akal hanya berfungsi sebagai instrumen ataa alat
untuk memahami maksud-maksud nas. Inilah yang disebut sebagai Pola Puritanis
atau Pola Salafiyah.
Berbicara masalah pola pemikiran
terhadap Al-Qur'an dan sunah, kiranya ada yang perlu dipertanyakan, yaitu
khususnya yang menyangkut golongan Asy'ariyah dan Maturidiyah. Penggolongan
pola pemikiran mereka disebabkan penakwilan sifat-sifat Allah, seperti istiwa'
dan nuzul. Sementara itu, golongan salafiyah mengetengahkan bentuk ketauhidan
yang mereka sebut tauhid asma' wa al-sffit. Maksudnya, kta wajib mengimani
semua sifat dan asma Allah seperti yang telah ditentukan Rasulullah saw. tanpa
tasybih, takwil, dan ta'gil. Tasybih adalah menyerupakan Allah dengan makhluk, sedangkan
tahuil adalah memalingkan arti sifat-sifat Allah ke arti lain. Adaptn ta'til adalah
mengingkari sifat-sifat Allah.
Pemikiran Imam al-Asy'ari banyak
mempunyai titik kesamaan dengan pola berpikir golongan salafiyah yang dipelopori
Imam Ahmad bin Hambal dan diikuti Muhammad bin Abdul Wahab. Muhammad bin Abdul
Wahab berpendirian tentang kemutlakan Al-Qur'an dan sunah. Pendiriannya itu
merupakan pokok dari kehendaknya untuk mengembalikan ajaran Islam ke bentuk
ajaran pada masa Rasulullah saw. dan sahabatsahabat. Dengan kata lain, ia
berusaha mengajak kembali ke bentuk agama yang diamalkan ulama-ulama salaf.
Oleh karena itu, pola ini lazim disebut pola salafiyah. Sementara itu, kaum
orientalis menyebutnya sebagai pola berpikir tradisionalistis.
Paham dan gerakan Muhammad bin
Abdul Wahab di bidang akidah dan syariah adalah sebagai berikut.
a. Tauhid adalah pemahaman
tentang ketuhanan yang paling memadai sebagai jalan yang mampu memurnikan
akidah Islam yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya.
b. Tidak ada perkataan seorang
pun yang patut dijadikan dalil dalam agama Islam, melainkan firman Allah dan
sunah Rasulullah saw.
c. Taqlid kepada ulama tidak
dibenarkan.
d. Pintu ijtihad terbuka
sepanjang masa dan tidak pemah tertutup.
e. Syirik dalam segala bentuk,
khurafat dan takhayul harus dikikis habis.
f. Ia menghendaki sistem
pendidikan diubah dengan sistem yang dinamis dan kreatif.
Demikian makalah terkait
penjelasan aliran wahabi sejarah dan pengikutnya semoga tulisan ini bermanfaat.
Tulisan ini diambil dari buku sejarah kebudayaan islam untuk kelas xii Madrasah
aliyah. Tulisan ini semata-mata untuk pengetahuan kita semua.
0 Response to " Makalah Tentang Aliran Wahabi"
Posting Komentar