Tarikh Tasry Pada Masa Bani Abbasiyyah

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PEMBENTUKAN MAZHAB FIQH
Kemenangan Bani Abbas (Abu Abbas As-Safah) atas Bani Umayyah tidak lepas dari peran serta bantuan dari kaum Syi’ah. Namun saying, setelah berkuasa, Syi’ah dinistakan oleh Bani Abbas. Ibarat sebuah peribahasa, air susu dibalas dengan air tuba, Syi’ah yang saat memerangi Bani Umayyah merupakan sekutu dari Bani Abbas dan yang paling besar jasanyadisingkirkan dari kancah politik dan kekuasaannya. Bahkan dianggap musuh yang harus dimusnahkan stelah Bani Abbas mengalahkan Bani Umayyah.1.
   Daulat Bani Abbasiyyah didirikan oleh Abu Al-Abbas (750-754 M), dan Irak menjadi panggung drama pada dinasti saat ini.  Ketika pidato pertamanya di hadapan umat Islam, Abu Abbas menyebut dirinya sebagai al-syafah (Penumpahan Darah) yang kemudian menjadi pertanda buruk bagi seluruh umat atau dinasti saat ini. Karena julukan tersebut mengisyaratkan lebih mengutamakan kekuasaan dalam menjalankan kebijakannya. Menurut Philip K. Hitti, baru pertama kali dalam sejarah peradaban islam, di sisi singgasana khalifah terdapat karpet yang digunakan sebagai tempat eksekusi. Selain itu, dinati ini juga menggantikan pemerintahan sekuler (al-mulk) Ummayyah dengan Negara Teokrasi.2.
Setelah Abu Abbas turun tahta, kekuasaan digantikan saudaranya al-Manshur (754-755). Yang terus melengkapi imperial absolitis Abbasiyyah.3.
Dan beliau juga menjalankan atau mengembangkan system administrasi pemerintahan, sehungga di sekeliling pemerintahan bnyak staaf administrasi yang bias ditunjuk langsung olehnya, ia mengembangkan tiga biro istana, yaitu biro arsip dan persatuan, perpajakan, dan pengeluaran istana. Selain itu, ditunjuk pula beberapa qadhi dari para fuqaha’ yang bertugas untuk menerapkan hokum islam didalam masyarakat.
Disini pula muncul Wazir yang bertugas sebagai pengontrol terhadap tugas birokrasi.5. setelah al-Manshur mangkat dari kekuasaanya, khalifah digantikan oleh anaknya al-Mahdi (775-785) yang dalam masa kekuasaanya sibuk memerangi pengaruh Agama Mani, kemudian mani sendiri mendapat momentum bagi anggota istana yang jenuh dengan kehidupan duniawi. Sedangkan dalam pandangan orang islam yang canggih justru menimbulkan kebencian.
Setelah al-Mahdi, kekuasannya dilanjutkan oleh anaknya Harun al-Rasyid yang sejak awal dipercayakan pendidikanya kepada putra Khalid ibn Barmak, yahya. Harun memerintah sejak tahun 786 sampai 809 M. ia memiliki corak kepemimpinan seperti seorang raja absolute gaya lama, dan cirri kepemerintahannya selalu mengagungkan kemewahan dan kemegahan. Khalifah tdak bertindak langsung mengurusi masyarakat tetapi diserahkan pada setiap staf kerajaan. Sedangkan khalidah itu sendiri bertugas untuk meningkatkan kewibawaan kerajaan.
Salah satu cirri dari pemerintahan beliau prajurit dan bala tentaranya tidak berasal dari kalangan rakyat namun dari kalangan orang Persia.6.  Namun satu yang membuatnya terkenal smpai saat ini adalah kecintaanya terhadap ilmu pengetahuan dan kesenian. Banyak ilmu pengetahuan berkembang pesat, diantaranya : Hukum, kritik sastra, filsafat, puisi, kedokteran, matematika, dan astronomi. Serta membangun Baitul Hikmah sebagai pusat ilmu pengetahuan.7. 
Dalam masa Bani Abbas ini lahir tokoh-tokoh seprti : al-Farabi ibn Sina, al-Jabar, dan ibn Hayyan. Dll. Para khalifah Bani Abbas sngat benar-benar memanjakan ulama. Pada masa Bani Abbas pun, Mu’tazilah (sebagai madzhab rasional) pernah mendominasi kekuasan dinasti Abbas. Krna sayangnya dinasti Abbas pilih kasih terhadap ulama, bahkan ulama yang loyal akan pemerintahannya akan dimanjakan dengan kedudukan dan harta.
B.     TENTANG MAZHAB-MAZHAB FIQH
Zaman ini sering disebut oleh para sejarawan adalah sebagai The Golden Age atau masa keemasan, karena bgtu pesatnya ilmu pengetahuan. Dalam bidang Fiqh saja ribuan ulama tampil kedepan. Dan yang memenuhi criteria sebagai mazhab fiqh mencapai 13, yaitu :
1.      Ja’far ash-Shiddiq (80 H)
2.      Abu Said Hasan Ibn Yasar Al-Basri (110 H)
3.      Abu Hanifah Al-Nu’man (150 H)
4.      Al-Auzai Abu Amar Abd Rahman (157 H)
5.      Sufyan Ibn Said Al-Tsauri (160 H)
6.      Al-Laits Ibn Said (175 H)
7.      Sufyan bin Unainah (198 H)
8.      Muhammad Idris Asy-Syafi’I (204 H)
9.      Ahmad Bin Muhammad Bin Hambal (241 H)
10.   Malik bin Anas (179 H)
11.  Daud Ibn Ali Ashabani Ad-Dzahiri (270 H)
12.  Ishaq ibn Rahawih (238 H)
13.  Ibn Tsaur Ibrahim Ing Khalid Al-Kalabi 240 H)
Namun sayangnya, ketigabelas imam mazahab fiqh ini masih ada tapi sebagian lagi sudah hilang.8. dan semantara mazhab fiqh yang masih dikenal hingga saat ini adalah hnya sebgaian diantaranya : mazhab Ja’fariyah (Syiah), Malikiyah, Hanafiyah, Syafi’iyyah, dan Hanabillah. Berikut profil singkatnya :



1.      Mazhab Ja’fariyah
Pendiri Mazhab ini adalah al-imam Ja’far ash-shiddiq, nama aslinya Ja’far bin Muhammad bin Ali Zaenal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Sementara ibunya  sendiri keturunan dari sahabat Abu Bakar ash-shiddiq yakni ummu farwah.
Dalam doktrin Syi’ah beliau adalah imam ke IV. Lalu merupakan ilmuan terkemuka, banyak bidang ilmu yang ia geluti diantaranya : fiqh, filsafat, tasawuf, kimia dan kedokteran. Di dunia tasawuf beliau mendapatkan maqomat yang tinggi sebagai guru syekh dan penemu tarikhat, bahkan tarekhat di Indonesia sendiri adalah (Naqsabandiyah/Qoddariyah/Samaniyyah).
Menurut paham ini yang menjadi sumber tarikh tasyri’ adalah al-Qur’an dan al-Sunnah, ijma’ dan akal. Namun orang yang dpat meriwayatkan sunah hanya terbatas pada periwayatan yang dilakukan oelh ahlul bait saja.9.
2.      Mazhab Hanafiyah
Pendiri mazhab ini adalah Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit bin Zufiat at-Tamimi (80-150 H) yang berasal dari kufah dan berkebangsaan Persia. Pada masa itu empat orang sahabat yang masih hidup yakni, Anas bin Malik di Basrah, Abdullah bin aufa di kufah, sahal  ibn sa’d al-sai’idi di madinah. Dan abu tufail di mekah. Beliau bergaul dengan kalangan pebisnis di kufah. Selain juga bnyak ulama dan fuqaha.
Dalam mengistinbath kan hokum, imam Abu Hanifah berpegang pada al-Qur’an dan sangat berhati-hati dalam menggunakan sunah. Selain itu, ia banyak menggunakan qiyas, istihsan, dan urf’. Menurut Manna’ al-Qatthan imam Abu Hanifah juga mengumpulkan hadits dalam sebuah buku yang disebut Musnad Abu Hanifah.10.
3.      Mazhab Malikiyah
Mazhab ini didirikan oleh Imam Malik bin Anas (93-178 H)  yang sejak lahir sampai beliau meninggal tidak pernah meninggalkan Madinah, Guru yang dianggapnya sangat berpengaruh adalah Abdullah bin Yazid ibnu Hurmuz, seorang Thabi’in muda.
Beliau belajar al-Qur’an, hadits dan fiqh dari para sahabat. Ia sangat hati-hati dalam memberikan fatwa, dan sebelum memutuskan fatwa terlebih dahulu ia memerlukan penelitian terlebih dahulu terutama dlam masalah hadits. Ia mempunyai masalah teman untuk mendiskusikan dalam satu masalah. Keuletannya dalam bidang Hadits tidak diragukan lagi dan hafalanya tergolong sangat kuat.11.
Karya terbesar beliau adalah kitab al-Muwatha’ yang merupakan kitab hadits dan sekaligus fiqh.kitab itulah adalah kitab yang pertama turun dan sampai kepada kita. Dan kitab ini pernah di minta oleh harun al-rasyid untuk dijadikan rujukan resmi, namun beliau menolaknya. Murid beliau sangat bnyak, salah satunya adalah imam as-Syafi’i. sumber hokum mazhab malikiyah adalah : al-qur’an, sunah, ijma’ ahli madinah. Fatwa sahabat, qiyas, maslahah mursalah, hobar ahad, istihsan, sad adz-zaro’i, muroat al-khilaf mujtahidin, istihsab, dan saruman qoblana. Mazhab Malikiyah terbesar di maroko, al-Jajair, mesir, Tunisia, sudan, spanyol (dulu), Kuwait, Qatar dan Bahrain.


4.      Mazhab Syafi’iyyah
Pendiri mazhab ini adalah Muhammad bin idris as-Syafi’I (150 H) beliau lahir  di jalur ghaza, bertepatan dengan meninggalnya imam Abu Hanifah. Sejak kecil ia sudah yatim dan hidup dalam kemiskinan. Namun hal tersebut tidak menjadikan hambatan baginya untuk belajar dan menguasai ilmu pengetahuan. Sejak usia dini beliau sudah hafal al-Qur’an dan banyak hadit. Pada usia 20 tahun dia pergi ke hijaz untuk belajar hadits dan fiqh kepada imam Malik, kemudian pergi ke irak untuk mempelajari fiqh kepada murid-muridnya imam Abu Hanifah.
Dan beliau pun sempat mengajar di Yaman, harun al-rasyid pernah mendengar kehebatan beliau, kemudian dipanggil ke Baghdad untuk mengajar. Di sana lah, beliau mengeluarkan qaul qadim nya. Kemudian ia hijrah ke mesir dan mengajar di masjid amru bin ash. Dan disana pula beliau merefisi pemikirannya yang disebut qaul jaded. Imam Syafi’I adalah orang yang sangat produktif. Banyak buku yang ia tulis, diantaranya : al-umm dan al-risalah amali qubra. Beliau adalah orang yang pertama kali meletakan dasar dan menulis ushul fiqh.
Sumber hokum yang jadi rujukan atau pegangan mazhab Syafi’I adalah al-Qur’an, sunah, ijma’, qiyas, istidlal. Imam Syafi’I adalah orang yang menggempur habis istihsan yang pemakainya secara membabi buta. Para pengikutnya tersebut di Afrika utara, Mesir, Saudi, Yaman, Libanon, Palestina, Irak, Pakistan, Indonesia, Malaysia, brunei, Patani (Thailand), dan Srilanka.12.


5.      Mazhab Hanbaliyah
Kelahiran Ahmad ibn Hanbal (164-241 H)
Nama lengkap Ahmad ibn Hanbal adalah Abu ‘Abd Allah Ahmad ibn Hanbal ibn Hilal ibn Asad al-Syaibani al-Marwazi. Ia dilahirkan di bagdad pada tahun 164 H. beliau dikenal sebagaaaia imam hadis dan memiliki kitab al-musnad. Pada zamannya, yang menjadi khalifah umat islam adalah al-mu’tashim Billah. Pada waktu itu, khalifah sedang berpihak kepada mu’tazilah. Sebagai buktinya, pahammu’tazilah dijadikan sebagai mahzab negara, bahkan ajarannya dijadikan alat untuk melakukan mihnah (sejenis litsus)
            Ahmad ibn Hanbal adalah ulama ahli hadits dan fiqh yang sudah dikenal masyarakat. Pandangannya berpengaruh dimasyarakat.
            Ahmad ibn Hanbal dilahirkan pada tahun 164 H. ketika kekhalifahan dipegang oleh Musa al-Mahdi (169-170 H) dari kalangan abbasiyah. Musa al-Mahdi meninggal dan di gantikan oleh Harun al-Rasyid (170-194 H); Harun al-Rasyid digantikan oleh Amin (194-198); al-amin digantikan oleh al-makmun (198-218); al-makmun adalah khalifah yang menjadikan mu’tazilah sebagai mazhab Negara. Oleh karena itu, Manna’ al-Qaththan(1989-242) mengatakan bahwa Ahmad ibn Hanbal mendapat siksaan dan dipenjarakan pada zaman kekuasaan al-makmun. Al-makmun digantikan oleh al-Watsiq digantikan oleh al-mutawakkil (224-242 H) Ahmad ibn Hanbal meninggal pada zaman kekuasaan al-mutawakkil yang ketika itu dinasti Bani Abbas sedang berjalan menuju kehancuran
            Sebagaimana diketahui, Ahmad ibn Hanbal dilahirkan di bagdad, kemudian melakukan perjalana ke berbagai daerah. Daerah-daerah yang pernah dikunjunginya adalah Kufah, Basrah, Makkah, Madinah, Syam, dan Yaman. Dalam bidang fiqih, ia berguru kepada Syafi’I, ia termasuk akbar talamidz al-Syafi’I al-Baghdadiyin. Dalam bidang hadits, ia banyak meriwayatkan dari hasyim, Ibrahim ibn sa’d dan sufyan ibn U’yainah(Sya’ban Muhammad Ismail 1985:342)
Guru dan Murid Ahmad ibn Hanbal
Diantara guru-guru Ahmad ibn Hanbal adalah : (1) Abu Yusuf, (2) Muhammad ibn Idrih al-Syafi’I, (3) Hasyim, (4) Ibrahim ibn Sa’d dan (5) Sufyan ibn ‘Uyainah
            Ahmad ibn Hanbal juga mempunyai beberapa murid yang meneruskan dan mengembangkan ajarannya. Diantaranya :
1.      Shahih ibn Ahmad ibn Hanbal (anak ibn Hanbal) (w 266 H)
2.      ‘Abd Allah ibn Ahmad ibn Hanbal (anak Ahmad ibn Hanbal) (w 290 H)
3.      Ahmad ibn Muhammad ibn Hani Abu bakr al-Atsrami (sdalah seorang teman Ahmad ibn Hanbal) (w.271 H)
4.      ‘Abd al-Malik ibn ‘Abd al-Hamid ibn Mahran al-Maimanui (salah seorang sahabat Ahmad ibn Hanbal) (w.271)
Ahmad ibn Muhammad ibn al-hajjaj atau lebih dikenal dengan Abu Bakar al-Mawardzi (w.275 H). (kamil Musa,1989:162 dan Manna’ al-Qaththan)
6.      Mazhab Dzahiriyyah
Mahzab ini disebut dzahiriyah karena dinisbahkan kepada gelar pendirinya, yaitu Daud ibn ‘Ali al-Ashbahani (202-270 H). Dalam riteratur sejarah fikih islam, namanya tidak disebut secara lengkap, ia hanya disebut Daud al-Dzahiri. Setelah selang waktu yang cukup lama, mazhab ini kemudian diteruskan oleh ibnu Hazm al-Andalusi (348-456 H)
Kelahiran Imam Daud (202-270)
Nama lengkap imam Daud adalah Abu sulaiman Daud ibn ‘Ali ibn Khalaf al-Ashbahani al-Baghdadi. Ia dilahirkan di Baghdad pada tahun 202 H. Ulama berbeda-beda dalam menentukan tahun kelahirannya. Kamil Musa (1989:164) menetapkan bahwa Imam Abu Daud lahir pada tahun 202 H.
Aliran yang didirikan oleh Imam Daud al-Dzahiri disebut aliran al-dzahiri karena dinisbahkan kepada gelar dirinya, yakni Daud al-Dzahiri. Ia digelari al-Dzahiri karena pendapatnya tentang cara memahami Al-Qur’an dan sunnah, yakni dengan menggunakan makna dzahir Al-Qur’an dan sunnah, (Sya’ban Muhammad Isma’il), 1985:346
Pada awalnya, Imam Daud belajar fiqih al-Syafi’I kepada guru-gurunya di Baghdad, tempat ia lahir dan dibesarkan. Kemudian ia melakukan perjalanan ke Naisabur untuk belajar hadits. Setelah itu, ia keluar dari aliran syafi’I dan membangun satu pendirian yang kemudian menjadi aliran tersendiri.
Fiqih Imam Daud Al-Dzahiri
Imam Daud Al-Dzahiri, sebagai mana dikatakan oleh al-Syahratani, termasuk ulama aliran hadits (Madrasah al-Madinah). Di antara pendapat Imam Daud al-Dzahiri adalah sebagai berikut:
1.      Yang junub bleh menyentuh Al-Qur’an
2.      Pemimpin mest dari kalangan Quraisy
3.      Bagian tubuh perempuan yang boleh dilihat ketika dipinang
4.      Menikah dengan perempuan yang dipinang
Ulama berbeda pendapat dalam memahami cegahan yang terdapat dalam hadits itu. Menurut Imam al-Khuthabi, cegahan yang terdapat dalam hadits tersebut adalah li ta’dib (bertujuan mendidik), bukan li tahrim (mengharamkan). Dalam pandangan jumhur ulama, menikah dengan perempuan yang sedang berada dalam pinangan laki-laki lain adalah sah, meskipun hukum peminangannya haram. Sedangkan menurut imam daud al-dzahiri, pernikahan tersebut dianggap fasakh, baik sudah melakukan persetubuhan maupun belum. (Muhammad ibn Ismail al-Kahlani.,III:113-4)

Pembukuan fiqih dan hadits
Daulah Abbasiyah merupakan daulah yang mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan umat islam, baik ilmu filsafat maupun ilmu-ilmu lainnya. Kitab-kitab fiqih yang disusun oleh para imam berdasarkan kronologis kehidupannya.

1.      Abu Hanifah, al-Ashl (80-150 H)
2.      Malik ibn Anas, Al-Muwathtah’(93-179 H)
3.      Al-syafi’I, Al-umm (150-241)
4.      Ahmad ibn Hanbal, Al-musnad (164-241)
5.      Imam Bukhari, Al-jami’ al-Shahih (194-256)
6.      Daud al-dzahiri, ibthal al-taqlid, (200-256)
7.      Abu Daud, Al-sunan (202-275)
8.      Imam Muslim, Al-jami’ al-shahih (204-251)
9.      Al-Tirmidzi, Al-jami’ al-shahih (209-279)
10.  Ibnu majah, Al-sunan (209-273)
11.  Al-Nasa’I, Al-Sunan (215-305)
Demikian pembukuan hadits dan fiqih berdasarkan kronologis kelahiran para penyusunnya. Hal ini paling tidak menurut saya penting agar kita tidak keliru dalam memahami fiqih dan alasan yang digunakan.
Dengan memahami kronologi di atas, kita dapat mengetahui bahwa Abu Hanifah tidak mungkin mengutip al-jami al-shahih karya Imam Bukhari karena ketika Abu Hanifah meninggal (150 H), Imam Bukhari belum di lahirkan (Imam Bukhori lahir tahun 194 H), dan Imam al-syafi’I tidak mungkin mengutip hadits kitab al-jami al-shahih karya imam muslim karena ketika imam al-syafi’i meninggal dunia, imam muslim baru dilahirkan (204 H).
C.    FAKTOR YANG MENYEBABKAN BERKEMBANGNYA HUKUM ISLAM
A.    Faktor yang menyebabkan berkembangnya hokum islam pada periode ini adalah:
1.      Luasnya wilayah islam (seperti yang sudah di bahas pada bagian sebelumnya).
2.      Para ulama dalam menetapkan perundang-undangan dan member fatwa telah menguasai metode tasyri’ secara luas dan mudah, seperti halnya yang dilakukuan para imam mujtahid dalam mencari dan memahami sumber-sumber tasyri’ dan mengetahui berbagai  peristiwa yang pernah terjadi dan sejumlah kemusykilan yang sudah diatasi jalan keluarnya oleh para ulama sebelumnya.
3.      Telah di bukukannya beberapa sumber hokum yang dibutuhkan oleh para ulama/hakim/mufti yaitu : al-Qur’an, hadits,fatwa sahabat, fatwa tabi’in.
4.      Antusiasme masyarakat dalam menyelaraskan seluruh aspek kehidupan agas berkesesuaian dengan syari’at islam, mendorong mujtahid menjadi produktif dan menghasilkan pemikiran-pemikiran, dan menjadikan lapangan ijtihad semakin berkembang.
5.      Munculnya tokoh-tokoh yang mempunyai bakat dan kemampuan yang brilian sehingga hokum islam semakin berkembang. Tokoh-tokoh itu adalah para pemuka Mazhab serta para sahabat dan murid mereka.13.
B.     Sebab-sebab perbedaan pendapat dikalangan fuqaha
Mustafa sa’id khan dalam bukunya atsar al-ikhtilaffi al-Qqawa’id al-Ushuliyyah fi ikhtilaf al-fuqaha mencatat beberapa pokok permasalahan yang menyebabkan para ulama berbeda pendapat dalam masalah fiqh, yaitu:
1.      Perbedaan bacaan. Dalam riwayat, beberapa qira’at yang dianggap bebar (mu’tabar) dan ada pula yang diperselisihkan.
2.      Tidak meratanya pengetahuan hadits , sehingga pemahaman sahabat tentang hadits tidak sama.
3.      Ragu-ragu tentang kebenaran hadits.
4.      Perbedaan dalam memahami dan menafsirkan nash.
5.      Adanya lafadz yang musytarak (mempunya arti banyak).
6.      Dalil-dalil yang “tampaknya kontradiksi” satu dengan yang lain.
1.      Pembukuan kitab-kitab hokum
Selain imam imam yang kami riwayatkan mempunyai kitab-kitab yang di bukukan diman kitab-kitab itu menerangkan hokum-hukum yang mereka istinbatkan. Kebanyakan orang yang membukukannya adalah murid-murid mereka atau orang yang menerima dari murid-murid mereka. Sebagiannya dibukukan dan didiktekan oleh imam-imam itu sendiri.14.
2.      Perkembangan Seni dan Budaya
Dalam masa Daulah Abbasiyah, seni budaya mengalami perubahan yang signifikan, sesuai dengan perubahan kehidupan umat dari kehidupan badawah (desa) yang sederhana di kehidupan madinah  (kota)  yang mewah;dari kehidupan dusun yang gersangke penghidupan Bandar yang makmur. Pada masa daulah abbasiyah ini mencapai puncak keemasannya.
3.      Perkembangan Kesenian Islam
Erat hubungannya dengan keadaan wilayah islamiyah, sejak zaman khulafa al- Rasyidin sampai pada masa daulah abbasiyah. Dengan ditakluknya kota-kota yang dulu sebagai pusat budaya, maka kota-kota itu tumbuh dan berkembang dalam suasana yang islami. Pembangunan untuk memajukan seluruh bidang kehidupan social, politik, seni, dan budaya  berlangsung secara kompetitif.










BAB III
PENUTUP
A.                 KESIMPULAN
Kemenangan Bani Abbas (Abu Abbas As-Safah) atas Bani Umayyah tidak lepas dari peran serta bantuan dari kaum Syi’ah. Namun saying, setelah berkuasa, Syi’ah dinistakan oleh Bani Abbas. Ibarat sebuah peribahasa, air susu dibalas dengan air tuba, Syi’ah yang saat memerangi Bani Umayyah merupakan sekutu dari Bani Abbas dan yang paling besar jasanyadisingkirkan dari kancah politik dan kekuasaannya. Bahkan dianggap musuh yang harus dimusnahkan stelah Bani Abbas mengalahkan Bani Umayyah.
Daulat Bani Abbasiyyah didirikan oleh Abu Al-Abbas (750-754 M), dan Irak menjadi panggung drama pada dinasti saat ini.  Ketika pidato pertamanya di hadapan umat Islam, Abu Abbas menyebut dirinya sebagai al-syafah (Penumpahan Darah) yang kemudian menjadi pertanda buruk bagi seluruh umat atau dinasti saat ini. Karena julukan tersebut mengisyaratkan lebih mengutamakan kekuasaan dalam menjalankan kebijakannya. Menurut Philip K. Hitti, baru pertama kali dalam sejarah peradaban islam, di sisi singgasana khalifah terdapat karpet yang digunakan sebagai tempat eksekusi. Selain itu, dinati ini juga menggantikan pemerintahan sekuler (al-mulk) Ummayyah dengan Negara Teokrasi.



DAFTAR  PUSTAKA
Subarman, Munir. 2012. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Cetakan I. Bandung : Alfabeta.
Sopyan, Yayan. 2010. Tarikh Tasyri’ Perkembangan Hukum Islam. Cetakan I. Depok : Gramata Publishing.
Mubarok, Jaih. 2000. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Cetakan I. Bandung : Rosda Karya.
http//www.toechien ibnu zidny : tasyri’ pada masa abbasiyah.com
Ahmad, Syalabi. 1977. Mawsu’ah al-Tarikh al-Islami wa al- Hadharah al- Islamiyyah. Kairo. Maktabah al- Nahdhah al- Misriyyah.


1. Karen Amstrong. Islam : Sejarah Singkat. Penerjemah Fungky Kusnaedy Timur. (Yogyakarta : Jendela . 2003). Hal. 63
2. Philip K. Hitti. History of Arab. Hal. 358
3.  Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam. Hal. 114
5.  Philip K. Hitti. History of Arab. Hal. 360
6.  Marshal G. S. Hodgson. The Venture of Islam II. Hal. 75
7.  M. Natsir. Kebudayaan islam dalam persfektif sejarah. (Jakarta : Grimukti pusaka, 1988). Hal. 55
8.  Ibn Nadim. Al-Fihrasat. Hal. 71
9.  Jalaludin Rahmat. Tinjauan Kritis atas Sejarah Fiqh. Hal. 273
10.  Manna’ al-Qatthan. Tarikh Tasyri’ al-Islami’. Hal. 275
11.  Huzaimah Tahido. Pengantar Perbandingan Mazhab. Hal. 105
12.  Muhammad Ali al-Sayyis, Tarikh al-Fiqh al-Islami, hal. 109
13.  Ibid. Azyumardi Azra. Hal.124
14.  Mohamad Zuhri, TarjamahTarikh Tasyri’ al-islami.(Indonesia:Darul Ikhya,1980), Hal,468

0 Response to "Tarikh Tasry Pada Masa Bani Abbasiyyah"

Posting Komentar