Secara etimologis Haflah[1],
berasal dari kata:حفل-يحفل-حفلا-حفلة artinya berkumpul, beramai-ramai, berpesta.
Pengertian pesta yang ada di masyarakat desa Mundu adalah penyelenggaraan acara
pernikahan secara besar-besaran dengan mendatangkan hiburan seperti Orkes
dangdut, Wayang golek, Sandiwara dan sejenisnya. Secara sederhana haflah/pesta
atau walimah yang diselenggarakan di sana menurut pemahaman mereka pada umumnya
diselenggarakan secara sederhana. Lantas untuk menambah keramaian mereka
mendatangkan hiburan berupaSound sistem[2]lengkap
dengan lagu-lagu yang sesuai dengan perhelatan tersebut. Bahkan ada yang sama
sekali tidak mendatangkan hiburan sama sekali, mereka sebut acara walimah nikah
dengan sebutan Gremengan[3].
Adapun bentuk haflah sepanjang pengamatan
penulis, jarang yang menggunakan sistem gremengan, paling tidak mereka
mendatangkan sound sistem. Pelengkap dalam haflah diantaranya Rasul,
Walimah danResepsi. Istilah-istilah itu antara lain:
Rasulan
Sebuah acara adat yang ada di desa Mundu dan
sekitarnya yang artinya serombongan utusan dari orang tua calon pengantin putra
yang membawa sejumlah barang-barang yang disediakan dan akan diserahkan kepada
orang tua Wali pengantin putri. Barang-barang itu berupa beras, sayur mayur
bakal lelodeh[4]
dan hewan. Barang yang dibawa tergantung kemampuan ekonomikeluarga pengantin
putra, bisa berupa ayam jago, kambing, atau sapi. Ada juga alat-alat dapur
seperti dandang, langseng, kayu bakar dan sebagainya yang akan dipergunakan
untuk masak, guna keperluan walimah.
Walimah
Walimah arti secara harfiahnya adalah pesta,
Namun pemahaman masyarakat desa Mundu, Walimah adalah kenduri[5]
atau selamatan dalam rangka usai akad nikah. Acara walimah diselenggarakan dua
kali.
Pertama, walimah akad nikah yaitu acara yang
diselenggarakan usai akad nikah. Walimah ini tentu dihadiri hanya oleh
orang-orang tertentu, seperti Kyai, Pengulu, Lebe atau modin, beberapa orang
sasksi yang sengaja diundang sebagai saksi nikah dan beberapa kerabat dekat.
Sedangkan walimah yang kedua adalah kenduri
atau selametan secara besar-besaran yang diselenggarakan malam hari. Biasanya
mengundang ratusan orang. Bentuk jamuannya berupa nasi lengkap dengan lelodeh
dan lauknya yang dibungkus dengan sangke[6].
Kemudian seorang tokoh ulama membacakan doa nikah yang di-amini rame-rame oleh
jamaah walimah. Sebelum acara do’a biasanya diadakan sambutan-sambutan,
diantaranya dari sohubul hajat, dari tokoh agama, berbicara tentang walimah
nikah.[7] Usai walimah ini, hadirin pulang membawa jamuan masing-masing yang kemudian
terkenal dengan nama brekat yaitu
hidangan walimah yang telah penulis sebutkan di atas.
Resepsi
Pengertian resepsi menurut masyarakat desa
Mundu artinya makan bersama pada hari ke dua pesta pernikahan. Jamuan sudah
disediakan begitu rupa dalam bentuk prasmanan[8].
Tamu diundang lewat kartu undangan, Sedangkan acara walimahtamu diundang lewat
lisan oleh seorang juru undang[9]. Pada acara resepsi, disediakan pula kotak tempat sumbangan, amplop lengkap
dengan alat tulisnya. Undangan yang usai makan, langsung mengambil amplop
ditempat yang tersedia, kemudian diisi uang sumbangan, lalu dimasukkan ke dalam
kotak sumbangan tersubut, Begitulah seterusnya hingga larut malam sampai acara
resepsi selesai.
Dalam acara resepsi diiringi dengan lagu-lagu
pengantar makan, Bagi masyarakat berpunya, pembawa lagu itu adalah serombongan
group Orgen tunggal lengkap dengan biduannya. Sedangkan yang tak berpunya,
cukup dengan lagu-lagu dai tape recording.
[2]Sound sistem adalah hiburan musik yang diputar sepanjang hajatan masih
berlangsung.
[5]Kenduri yakni acara selamatan dengan mengumpulkan
warga desa khusus laki-laki dan mendo’akan pengatin secara bersama-sama.
[6] Sangke berupa ceting plstik/kresek untuk menaruh
makanan yang akan dibawakan kapada tamu undangan.
[7]Wawancara
dengan BapakRois, salah satu sesepuh warga desa Mundu, di kediaamannya Blok
Tengah Rt.01/02, Ahad, 23Maret 2014, Pukul. 19.00 WIB.
0 Response to "Pelengkap Dalam Haflah Perkawinan"
Posting Komentar